Kemarin Bela Edy Mulyadi soal Kalimantan Tempat Jin Buang Anak, Politikus PKS Tifatul Sembiring Kini Minta Maaf
JAKARTA - Politikus Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Tifatul Sembiring menyampaikan permohonan maaf sekaligus klarifikasi atas pernyataannya yang dinilai sejumlah pihak membela Edy Mulyadi. Edy Mulyadi jadi sorotan gara-gara menyebut Kalimantan sebagai tempat jin buan anak.Tifatul mengatakan, pernyataannya dipelintir oleh sejumlah pihak sehingga menimbulkan kesan dirinya membela pernyataan Edy Mulyadi.
"Perlu saya garis bawahi, bahwa dalam wawancara saya tidak mengomentari masyarakat Kalimantan Timur sama sekali," tegas Tifatul dalam keterangan tertulisnya dilansir ERA.id, Selasa, 25 Januari.
"Kalau pernyataan saya tersebut disalah pahami, saya mohon maaf yang setulus tulusnya," kata Tifatul.
Sebelumnya, dalam sebuah wawancara, Tifatul dimintai komentar mengenai pernyataan Edy Mulyadi yang menyebut Kalimantan sebagai tempat 'jin buang anak'. Tifatul lantas menjelaskan kalimat itu umum dijadikan kiasan untuk daerah yang jauh dan masih sepi.
Menurutnya, kalimat kiasan 'jin buang anak' biasa digunakan oleh orang-orang Jakarta. Namun, sama sekali tidak ada maksud untuk menghina suatu daerah tertentu.
"Istilah ini kan sering digunakan oleh orang-orang Jakarta. Saya tanya kepada tokoh-tokoh Betawi yang paham soal ini, mereka jelaskan maksud kiasan kalimat 'jin buang anak' itu adalah tempat sepi, seram dan jauh dari keramaian. Jadi konotasi kalimat itu bukan untuk merendahkan atau menghina," kata Tifatul kepada wartawan, Senin, 24 Januari.
"Saya pun dulu, waktu mau pindah ke Depok dari Tanah Abang, teman2 bilang, “Eh lu mau pindah ke tempat jin buang anak?”. Dulu Depok memang masih sepi," imbuhnya.
Baca juga:
Tifatul menyinggung soal fenomena banyaknya masyarakat yang menjadi sensitif jika membahas soal etnis. Menurutnya, sebagai sesama bangsa Indonesia yang terdiri berbagai macam etnis sebaiknya jangan mudah salah paham dan tersinggung.
"Jangan mudah salah faham dan tersinggung. Misalnya orang Medan kalau ingin meyakinkan orang lain, nada bicaranya agak tinggi. Itu bukan menghardik, tapi sekedar menekankan. Kalau dikit-dikit tersingung, baper, kapan nikahnya kita," canda Tifatul.
"Sudahlah kita saling memahami dan saling memaafkan dalam hidup multi etnis begini," imbuhnya.
Sebelumnya, Tifatul menilai pernyataan Edy Mulyadi bukanlah sebuah penghinaan. Bahkan ia menganggap kalimat ‘tempat jin buang anak’ merupakan istilah yang berarti bahwa lokasi tersebut sangat jauh dan sepi.
"Enggak ada kalimat menghina, enggak ada, yang menghina yang mana?" kata Tifatul.