Menlu Blinken Temui Pejabat Rusia dan Ukraina, Departemen Luar Negeri AS: Kami Menginginkan Perdamaian
JAKARTA - Diplomat top Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden akan berusaha meredakan krisis dengan Moskow terkait Ukraina, ketika ia bertemu dengan menteri luar negeri Rusia di Jenewa minggu ini setelah kunjungan dengan para pemimpin Ukraina di Kyiv dan pejabat Eropa di Berlin.
Menteri Luar Negeri Antony Blinken akan melakukan perjalanan di tengah kekhawatiran yang disuarakan oleh Ukraina dan sekutu Barat, terkait puluhan ribu tentara Rusia yang dikumpulkan di dan dekat Ukraina.
"Amerika Serikat tidak menginginkan konflik. Kami menginginkan perdamaian," kata seorang pejabat senior Departemen Luar Negeri AS, mengutip Reuters 19 Januari.
"Presiden (Rusia) (Vladimir) Putin memiliki kekuasaannya untuk mengambil langkah-langkah untuk mengurangi eskalasi krisis ini, sehingga Amerika Serikat dan Rusia dapat mengejar hubungan yang tidak didasarkan pada permusuhan atau krisis," sebut pejabat itu kepada wartawan.
Rusia membantah merencanakan serangan militer baru, tetapi telah mengajukan beberapa tuntutan dan mengatakan akan mengambil tindakan militer yang tidak ditentukan kecuali Barat menyetujuinya.
Dalam kunjungan kali ini, Menlu Blinken akan bertemu dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy dan Menteri Luar Negeri Dmytro Kuleba pada Hari Rabu. Kemudian di Berlin ia akan bertemu dengan Menteri Luar Negeri Jerman Annalena Baerbock dan kemudian mengikuti Transatlantic Quad, mengacu pada format yang melibatkan Amerika Serikat, Inggris, Prancis dan Jerman.
Sebuah pernyataan Departemen Luar Negeri mengatakan diskusi akan fokus sebagian pada kesiapan di antara sekutu, untuk memaksakan "konsekuensi besar dan biaya ekonomi yang parah di Rusia."
Kemudian, Menlu Blinken akan bertemu dengan Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov di Jenewa pada Hari Jumat, untuk mencari hubungan diplomatik dengan Moskow, jelas pejabat senior itu.
Sebelumnya, Menteri Blinken berbicara dengan Lavrov pada Hari Selasa, dengan pejabat senior mengatakan keduanya memutuskan dalam panggilan telepon, pentingnya menggelar pertemuang langsung.
Lavrov secara terpisah mengatakan, Moskow akan menyambut upaya diplomatik AS dan mengulangi tuduhan Rusia, Ukraina "menyabotase" perjanjian yang bertujuan untuk mengakhiri konflik antara pasukan pemerintah Ukraina dan separatis pro-Rusia di Ukraina timur.
Terlepas dari keterlibatan diplomatik bulan ini, Washington belum melihat Rusia mengurangi ketegangan dan Moskow dapat melancarkan serangan ke Ukraina kapan saja pada Januari atau Februari, kata pejabat senior itu.
"Kami sekarang berada pada tahap di mana Rusia kapan saja bisa melancarkan serangan ke Ukraina," sebut pejabat itu
Baca juga:
- Sudah Diperingatkan tapi Militer Sudan Tetap Lancarkan Kudeta, Amerika Serikat Tangguhkan Bantuan Rp9,9 Triliun
- Kabar Gembira, Pakar Sebut Vaksin COVID-19 untuk Anak Usia 5-11 Tahun Kemungkinan Tersedia Bulan Depan
- Menhan Annegret Kramp-Karrenbauer Singgung Senjata Nuklir, Kementerian Pertahanan Rusia Panggil Atase Jerman
- Kelompok Bersenjata Serang Masjid Nigeria saat Salat Subuh: 18 Tewas, 20 Luka-luka dan Lebih dari 10 Orang Diculik
Sementara itu, pejabat senior lainnya pada Departemen Luar Negeri Selasa kemarin menyuarakan keprihatinan, tentang pasukan Rusia yang dikerahkan sejak Senin di Belarus dekat dengan sayap selatannya dengan Ukraina, untuk apa yang Moskow dan Minsk katakan akan menjadi latihan militer bersama.
Jumlah tentara Rusia melebihi apa yang diharapkan Amerika Serikat dalam latihan normal, berpotensi dapat digunakan untuk menyerang negara tetangga Ukraina, tambah pejabat itu.
Untuk diketahui, Kyiv telah mencari senjata dari negara-negara Barat untuk menopang pertahanannya. Pada Hari Senin, Inggris mengatakan telah mulai memasok Ukraina dengan senjata anti-tank untuk membantu mempertahankan diri.