Lampaui Induknya, Laba Bersih BRIsyariah Tumbuh 229,6 Persen
JAKARTA - PT Bank BRIsyariah Tbk mencatatkan lonjakan pertumbuhan laba bersih pada triwulan II 2020, sebesar 229,6 persen menjadi Rp117,2 miliar, dibandingkan triwulan II 2019. Pertumbuhan ini di atas rata-rata pertumbuhan industri perbankan nasional maupun syariah.
Kinerja BRI Syariah melampaui induknya yakni PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. yang mencatatkan penurunan laba sebesar 37 persen year on year (yoy) pada periode yang sama.
"Pertumbuhan ini menandakan di tengah pemberlakukan transisi pembatasan sosial berskala besar (PSBB), BRIsyariah terus berupaya mencari peluang. Kami tetap harus tumbuh untuk menjaga keberlangsungan bisnis. Namun pertumbuhan ini tentunya kami lakukan secara selektif untuk dapat menciptakan pertumbuhan yang berkualitas dan berkelanjutan," ujar Direktur Utama BRIsyariah Ngatari, dalam keterangan tertulis yang diterima VOI, Senin 24 Agustus.
Tidak hanya mencatat pertumbuhan laba, pertumbuhan pembiayaan dan dana murah emiten berkode BRIS juga mengalami pengingkatan yang signifikan. Ngatari menyampaikan hingga triwulan II 2020 BRIsyariah menyalurkan pembiayaan sebesar Rp37,4 triliun, tumbuh mencapai 55,92 persen yoy.
Pertumbuhan pembiayaan yang signifikan ditopang oleh segmen Ritel (SME, Mikro dan Konsumer) untuk memberikan imbal hasil yang lebih optimal. "Peningkatan laba bersih BRIsyariah di triwulan II 2020 didukung oleh optimalisasi fungsi intermediari yang diikuti dengan pengendalian beban biaya dana," jelas Ngatari.
Secara rinci, pada tahun 2020 hingga triwulan II ini BRIsyariah menyalurkan pembiayaan sebesar Rp5,4 triliun untuk segmen mikro, yang merupakan segmen pembiayaan dengan tingkat pertumbuhan tertinggi dan memberikan kontribusi terbesar.
Selain segmen mikro, pertumbuhan pembiayaan juga didukung oleh penyaluran pembiayaan di segmen konsumer sebesar Rp2,5 triliun dan segmen kecil menengah dan kemitraan sebesar Rp2,2 triliun.
Ngatari melanjutkan, salah satu pendorong pertumbuhan pembiayaan BRIsyariah khususnya mikro adalah digitalisasi proses pembiayaan lewat aplikasi i-Kurma. BRIsyariah mengoptimalkan i-Kurma sebagai langkah transformasi digital dalam proses pembiayaan.
Baca juga:
Ini terbukti efektif dalam meningkatkan kinerja BRIsyariah, mengingat tenaga pemasar pembiayaan dimungkinkan untuk bekerja secara efektif dan efisien di tengah adaptasi kebiasaan baru pada masa pandemi COVID-19.
Lebih lanjut Ngatari menjelaskan pertumbuhan BRIsyariah juga didorong oleh implementasi Qanun Lembaga Keuangan Syariah (LKS) di Aceh. Sepanjang Triwulan II 2020, BRIsyariah telah membuka 26 unit kerja baru di Provinsi Aceh dengan sistem co-location dengan BRI.
Pembukaan jaringan BRIsyariah di seluruh unit kerja BRI di Aceh mengakselerasi proses konversi Bisnis BRI di Aceh yang ditargetkan selesai di semester 2 tahun 2020. Total kredit BRI yang telah dikonversi BRIsyariah hingga Juni 2020 mencapai 82,98 persen dari total kredit yang direncanakan akan dialihkan tahun ini dari BRI.
Sementara Dana Pihak Ketiga yang telah dikonversi dalam rangka implementasi Qanun LKS mencapai 53,18 persen dari total yang ditargetkan.
Di sisi dana pihak ketiga, pertumbuhan dana murah (giro dan tabungan) mencapai 90,79 persen yoy sehingga meningkatkan rasio dana murah terhadap total dana pihak ketiga (CASA Ratio) hingga mencapai 54,34 persen.
"Dana Pihak Ketiga meningkat ditopang oleh pertumbuhan dana murah (giro dan tabungan) sejalan dengan strategi pengendalian beban biaya dana. Peningkatan dana murah (CASA ratio) mendorong penurunan biaya dana atau cost of fund," jelas Ngatari.