Bajo ‘Penjahit-Pak RW’ Penantang Gibran di Pilkada Solo, Modal Berapa?
JAKARTA - Pasangan bakal calon independen Bagyo Wahyono-FX Suparjo (Bajo) menyatakan siap menghadapi koalisi gemuk Gibran Rakabuming Raka- Teguh Prakosa. Apa modal Bajo?
“Penjahit itu berapa penghasilannya, tapi kita nggak (soal) begitu. Yang penting membuat sejarah baru dengan (mencalonkan) tokoh yang diambil dari masyarakat. Jadi keinginan masyarakat yang ada,” kata Bagyo kepada VOI, Rabu, 19 Agustus.
Dukungan terhadap Bagyo dan Suparjo—Ketua RW 07 Kampung Karangturi—berasal dari para relawan ormas Panji-Panji Hati atau dikenal Tikus Pithi Hanata Baris. Para relawan ini bergerak menyosialisasikan Bajo juga ikut berdonasi dalam upaya pemenangan di Pilkada Solo.
“Ini perjuangan rakyat, karena ini gotong royong dari seluruh Indonesia. Kekuatan anggota (Tikus Pithi) ada satu juta lebih. Nanti urunan, masing-masing kalau Rp50 ribu, Rp100 ribu, (jadi) berapa?” imbuh dia.
Pergerakan dimulai dengan mengandalkan temu langsung warga ‘door to door’. Kekuatan relawan ini yang diandalkan Bajo.
Karena bagi Bagyo, urusan pertarungan politik termasuk di Pilkada Solo tak melulu soal dukungan parpol. Asal didukung masyarakat, Bajo siap berkompetisi di Pilkada Solo.
“Saat ini, kemapanan partai sudah jelas. Nah mendobrak kemapanan itu yang utama termasuk di Kota Solo. Kita dobrak betul-betul,” kata Bagyo yang kesehariannya penjahit ini.
Pasangan bakal calon independen Bajo sudah menyetorkan dukungan yang mencukupi syarat pencalonan. Namun KPU Surakarta masih melakukan rekapitulasi dukungan di tingkat kecamatan dan dilanjutkan pada tingkat kota.
Adapun syarat dalam Pilkada Solo, pasangan calon independen harus mengantongi jumlah dukungan paling sedikit 8,5 persen dari Daftar Pemilih Tetap (DPT) sebanyak 421.999 yaitu 35.870 pendukung.
Baca juga:
Ekstra Kerja Keras
Kepala Pusat Penelitian Politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Firman Noor menilai Bagyo-Suparjo tetap akan kesulitan melawan pasangan Gibran Rakabuming Raka-Teguh Prakosa. Pasangan ini harus kerja keras.
"Meski saya tidak mengatakan peluang itu (memenangkan Pilwalkot Solo, red) benar-benar tertutup tapi jelas dalam banyak sisi berat bagi pasangan Bajo. Diperlukan kerja extra ordinary untuk dapat memenangkan kontestasi di Solo," kata Firman kepada VOI.
Penilaian tersebut, sambung Firman, didasari dengan adanya fakta jumlah pilkada yang dimenangkan calon independen selama ini tidak banyak. Sebab, saat ini publik lebih yakin dengan kandidat yang diusung oleh partai politik.
Dalam kontestasi Pilkada, rekam jejak calon menurut Firman berpengaruh sebagai nilai jual. Apalagi yang dihadapi koalisi besar Gibran yang memborong dukungan dari PDIP, Gerindra, PAN, Golkar dan PSI.
"Untuk itu kalangan independen butuh sesuatu yang extra ordinary untuk dapat dijual. Misalnya, karisma, popularitas, kinerja, atau kekuatan finansial sehingga mampu menarik perhatian massa dan akhirnya memilihnya. Apakah Bajo punya hal tersebut," tutur Firman.