Ingin Bangun Pesawat di Metaverse, Ini Alasan Boeing!
JAKARTA - Boeing dilaporkan akan membangun pesawat di dalam metaverse. Nantinya, perusahaan akan berkolaborasi dengan robot untuk mengerjakan desain rekayasa 3-D pesawat di ruang virtual tersebut.
Dengan menggunakan headset HoloLens seharga 3.500 dolar AS atau setara Rp50 juta rancangan Microsoft. Boeing akan menghabiskan waktu selama dua tahun untuk merampungkan proyeknya.
Dalam proyek ambisiusnya, Boeing memiliki alasan mengapa ia melirik metaverse, karena perusahaan ingin mengintegrasikan operasi desain, produksi, dan layanan penerbangan yang luas di bawah satu ekosistem digital tunggal.
Nantinya, sistem akan menciptakan replika kembaran digital virtual tiga dimensi dari jet dan sistem produksi yang dapat menjalankan simulasi, disatukan oleh "digital thread" guna menyatukan setiap informasi tentang pesawat sejak awal. Misalnya dari persyaratan maskapai penerbangan, jutaan suku cadang, ribuan halaman dokumen sertifikasi hingga meluas jauh ke dalam rantai pasokan.
Melansir CGTN, Selasa, 21 Desember, di sisi lain, Boeing menganggap Metaverse merupakan jalan keluar dari dua masalah besar yang dihadapinya dahulu. Pertama, karena masalah pesawat 737 Max mengalami dua kecelakaan fatal.
Kemudian yang kedua, Metaverse jadi solusi untuk mencegah masalah kualitas manufaktur dan cacat struktural yang terjadi di pesawat 787 Dreamliner selama setahun terakhir.
"Ini tentang memperkuat rekayasa. Kita berbicara tentang mengubah cara kita bekerja di seluruh perusahaan," ujar Chief Engineer Boeing, Greg Hyslop.
Baca juga:
- Dubai Kembangkan Surga Kripto di Timur Tengah, Dijamin Investor Bakal Nyaman
- Tak Ingin Ada Korban Jiwa, Tren Ancaman di TikTok Bikin Sekolah di AS Tutup Serentak
- Menolak Cepat Tua, Peneliti Segera Kirim Sel Otot Manusia ke Stasiun Luar Angkasa
- Elon Musk Bayar Pajak Penghasilan Hampir Tiga Kali Lipat Penerimaan Daerah DKI Jakarta!
Hyslop mengatakan bahwa lebih dari 70 persen masalah kualitas di Boeing dapat dikaitkan dengan masalah desain, dan perusahaan percaya bahwa alat anyar tersebut akan menjadi pusat untuk membawa pesawat baru dari awal ke pasar hanya dalam empat atau lima tahun mendatang.
"Anda akan mendapatkan kecepatan, Anda akan mendapatkan peningkatan kualitas, komunikasi yang lebih baik, dan respons yang lebih baik ketika masalah terjadi," kata Hyslop.
Oleh karena itu, proyek yang dimulai pada tahun depan ini akan menjadi pekerjaan terberat Boeing, dan tentu saja perusahaan juga telah menginvestasikan 15 miliar dolar AS dalam 10 tahun ke depan di program pesawat masa depan tersebut, ini juga menjadi solusi Boeing untuk terus berkompetisi dengan Airbus.