Menurut Studi, Pernikahan Langgeng dan Bahagia Kuncinya Satu: Trust

JAKARTA – Banyak sekali rekomendasi cara untuk menjaga pernikahan langgeng dan bahagia. Tetapi menurut sejumlah studi, kuncinya hanya satu, yaitu trust.

Seperti halnya membangun sebuah bisnis besar dan sukses menguntungkan, pernikahan pun membutuhkan rasa saling timbal balik berupa kepercayaan. Kepercayaan menurun bisa membuat pasangan merasa tak aman dan selalu waspada. Tetapi ketika kepercayaan terbangun kokoh seperti bangunan anti gempa, keraguan akan sirna.

Trust atau rasa percaya, menurut peneliti yang telah lebih dari 50 tahun mengamati dan mengkodekan interaksi pasangan, John Gottman dari Universitas Washington, menemukan bahwa hubungan yang sukses berkaitan dengan membangun kepercayaan.

Kepercayaan, dilansir Psychology Today, Jumat, 17 Desember, adalah inti dari kemitraan yang sehat. Memperbaikinya jika melemah adalah sebuah keharusan. Banyak penelitian mendukung pernyataan ‘kepercayaan adalah kunci dari hubungan langgeng nan bahagia’. Kepercayaan juga salah satu sifat yang dicari dalam diri pasangan dan sebagian besar hubungan tidak akan bertahan tanpa trust.

Dalam salah satu proyeknya, Jason Whiting, Ph.D., profesor di Brigham Young University dan terapis pernikahan serta keluarga berlisensi, mewawancarai beberapa orang wanita yang tinggal di kota dan berpenghasilan rendah. Mereka menghargai kepercayaan dan kesetiaan mengalahkan apapun. Karena tidak menemukan dua aspek tersebut dalam relasi asmaranya, maka mereka memilih tidak menikah. Selain itu beberapa memiliki pengalaman buruk disakiti di masa lalu.

Bagi wanita responden Whiting, kepercayaan sangat dihargai. Menurut Whiting, jika tidak yakin dengan pasangan bisa berisiko menyakiti otak dan benar-benar berada pada posisi siaga sepanjang waktu.

Studi lain dilakukan oleh Sue Johnson, ia meneliti kaitan antara pasangan dan perubahan. Dari studinya ia berkesimpulan bahwa kebutuhan akan hubungan yang aman berkaitan dengan kondisi biologis. Seperti halnya bayi yang bergantung pada pengasuhnya untuk memenuhi kebutuhan mereka. Orang dewasa masih menginginkan seseorang menganggap dirinya penting.

Tambah Johnson, inilah mengapa orang bereaksi secara dramatis ketika pasangan mengecewakan mereka. Sarannya, alih-alih mundur, lebih baik mencoba bersikap tenang dan berempati sebab ini bisa membantu memperkuat kepercayaan.

Whiting menambahkan, bahkan ketika pasangan tidak merasa jatuh cinta, mereka perlu tahu bahwa hubungan mereka aman dan jujur. Mungkin dalam hubungan tidak mungkin tidak ada pertengkaran. Tetapi pertengkaran tidak akan menghabiskan banyak energi dan bikin stres ketika pasangan memiliki landasan esensial dalam relasinya, yaitu rasa saling percaya.