Tingkatkan Kenyamanan Penumpang, Jepang Bakal Wajibkan Pemasangan Kamera Keamanan di Gerbong Kereta
JAKARTA - Pemerintah Jepang akan mewajibkan operator kereta nasional untuk memasang kamera keamanan di gerbong yang baru dibangun, menyusul serangan pisau di atas kereta Tokyo pada Oktober, kata kementerian transportasi Jumat.
Di bawah langkah-langkah keselamatan yang disusun oleh kementerian, aturan ini juga akan meminta perusahaan kereta untuk mendapatkan pemahaman dan kerja sama penumpang, atas inspeksi bagasi setelah peraturan yang direvisi memungkinkan operator untuk mulai melakukan pemeriksaan keamanan mulai Juli tahun ini.
Langkah itu dilakukan setelah Kementerian Pertanahan, Infrastruktur, Transportasi dan Pariwisata Jepang bertukar pandangan tentang langkah-langkah keamanan dengan operator kereta api utama termasuk grup Japan Railways.
"Langkah-langkah pencegahan kejahatan belum tentu cukup, karena langkah-langkah yang ada telah menekankan pada pengoperasian (kereta) yang aman dan mencegah kecelakaan," ujar Menteri Transportasi Tetsuo Saito pada konferensi pers di Tokyo, mengutip Kyodo News 3 Desember.
"Belajar dari kejadian itu, kami akan mempelajari kinerja kamera keamanan dan menanggung biaya pemasangannya," tambah Saito. Kementerian mengatakan akan memulai diskusi tentang masalah ini dengan para ahli dan operator kereta api mungkin akhir bulan ini.
Kementerian transportasi akan mempelajari revisi peraturan tentang tindakan pencegahan bencana, yang menginstruksikan operator untuk mengambil langkah-langkah keselamatan terhadap kebakaran, tetapi saat ini tidak berisi persyaratan pada kamera keamanan.
Sementara itu, pemerintah akan mempertimbangkan untuk membuat pengecualian dalam kasus kereta satu gerbong, di mana kru dapat dengan mudah memahami situasinya, kata pejabat kementerian.
Di bawah aturan tersebut, operator kereta diminta untuk memberi tahu penumpang tentang lokasi tombol darurat dan meminta mereka menggunakannya tanpa ragu-ragu dalam situasi mendesak.
Adapun tuas darurat yang memungkinkan pengguna untuk membuka pintu secara manual, perusahaan kereta api akan mempertimbangkan untuk memberikan penjelasan tentang cara memakainya, membuat fungsinya lebih mudah dipahami, mengingat mereka dapat mengganggu operasi kereta api ketika dimanipulasi, kata para pejabat.
Selain itu, operator kereta juga diminta untuk melakukan latihan yang diperlukan dengan polisi, untuk mempersiapkan kemungkinan mengantisipasi dengan penyerang, kata pemerintah.
Dalam persitiwa serangan 31 Oktober di kereta ekspres terbatas Jalur Keio di Tokyo, penumpang menekan tombol darurat di beberapa lokasi di dalam kereta, tetapi awak tidak dapat berkomunikasi dengan mereka untuk mengetahui situasinya. Karena juga tidak ada kamera keamanan, mereka tidak dapat menangkap dengan baik apa yang sedang terjadi.
Baca juga:
- Pakar Penyakit Menular Anthony Fauci: Terlalu Dini Mengatakan Varian Omicron Sebabkan Penyakit Parah
- Pakar Penyakit Afrika Selatan Sebut Penularan Varian Omicron Bisa Kalahkan Varian Delta
- CEO Moderna Stéphane Bancel Sebut Vaksin COVID-19 Kemungkinan Kurang Efektif Terhadap Varian Omicron
- Dokter Afrika Selatan Sebut Pasien Varian Omicron Miliki Gejala Sangat Ringan, Dapat Dirawat di Rumah
Selain itu, ketika penumpang mengoperasikan tuas darurat untuk membuat kereta berhenti darurat di stasiun berikutnya, akhirnya berhenti pada titik sedikit di belakang posisi berhenti yang tepat, meninggalkan beberapa pintu tertutup dan mendorong banyak penumpang untuk melarikan diri dengan memanjat keluar dari jendela kereta ke peron.
Untuk diketahui, dalam serangan 31 Oktober di limited express, seorang pria berusia 72 tahun terluka parah setelah diduga ditikam oleh Kyota Hattori yang berusia 25 tahun. Tersangka juga diduga menyulut api di dalam kereta.
Insiden itu menyusul serangan pisau lainnya pada Agustus tahun ini ketika seorang pria melukai 10 penumpang di kereta komuter Odakyu Electric Railway di ibu kota Tokyo.