Mendarat di Sydney dan Bawa 2 Penumpang Positif COVID-19 Varian Omicron, Ini Profil Singkat Singapore Airlines yang Masih Merugi Rp45 Triliun

JAKARTA - Varian baru dari COVID-19 yang disebut Omicron ditemukan di Sydney, Australia. Ada dua orang yang terkonfirmasi virus varian itu, di mana mereka tiba di Sydney menumpang Singapore Airlines dari Singapura.

Keduanya datang dari Afrika Selatan tempat di mana para peneliti di sana menemukan Omicron pertama kali. Dikutip dari Channel News Asia, dua orang ini tiba di Sydney pada Minggu 28 November kemarin.

"Kedua penumpang tiba di Sydney dari Afrika selatan dengan penerbangan Singapore Airlines SQ211," kata kementerian kesehatan New South Wales (NSW Health).

Keduanya padahal sudah divaksinasi lengkap dan kini telah diisolasi di akomodasi kesehatan khusus. Informasi penerbangan dari situs Bandara Changi menunjukkan, SQ211 berangkat dari Singapura pada pukul 10.30 pada hari Minggu dan mendarat di Sydney pada pukul 21.20.

"Semua orang di penerbangan dianggap kontak dekat dan perlu segera dites COVID-19 dan diisolasi selama 14 hari, terlepas dari status vaksinasi mereka," kata NSW Health.

Dikatakan bahwa mereka akan menghubungi semua penumpang dan awak pesawat untuk memberi tahu mereka tentang persyaratan isolasi. Juru bicara maskapai ini memastikan pilot dan kru yang mengoperasikan penerbangan akan mengisolasi diri dan menjalani tes COVID-19.

"Singapore Airlines akan bekerja dengan pihak berwenang, dan dipandu oleh persyaratan peraturan yang relevan, karena memastikan kesehatan dan keselamatan pelanggan dan anggota staf kami," tambah juru bicara SIA.

Kinerja buruk karena pandemi

Singapore Airlines adalah salah satu maskapai terbaik dari Negeri Singa. Namun karena pandemi COVID-19 yang berkepanjangan, kinerja mereka dalam dua tahun belakangan masih mencatatkan rugi jumbo.

Singapore Airlines membukukan kerugian tahunan kedua berturut-turut sebesar 4,27 miliar dolar Singapura atau 3,20 miliar dolar AS atau sekitar Rp45,76 triliun pada spanjang tahun fiskal 2020 - 2021. Dilansir dari CNBC, kerugian selama 12 bulan yang berakhir pada 31 Maret lebih buruk daripada perkiraan rata-rata para analis.

Kerugian ini juga jauh lebih besar daripada kerugian 212 juta dolar Singapura pada tahun fiskal 2019 - 2020, di mana ketika itu hanya satu kuartal yang terkena dampak pandemi.

Adapun pendapatan tahunan turun 76,1 persen menjadi 3,82 miliar dolar Singapura pada tahun keuangan yang berakhir pada 31 Maret 2021, meski pendapatan kargo yang kuat tidak cukup untuk mengimbangi penurunan hampir 98 persen dalam jumlah penumpang.

Sejarah singkat

Mengutip Wikipedia, pembentukan Singapore Airlines bermula dari Malayan Airways Ltd. dan penerbangan perdananya dilaksanakan 1 Mei 1947. Pada saat itu, kota yang dilayani adalah Kuala Lumpur, Ipoh, dan Penang di Malaysia. Maskapai tersebut berkembang setelah usainya Perang Dunia II dan pada 1955, armadanya termasuk sejumlah besar pesawat DC-3.

Pada 1963, terbentuk Federasi Malaysia yang mengubah maskapai menjadi Malaysian Airways. Pemisahan Singapura dari Federasi terjadi pada 1965 dan pada 1966 Malaysian Airways mengubah namanya menjadi Malaysia-Singapore Airlines.

Operasi MSA terhenti pada 1972 saat terjadi perselisihan pendapat antara kedua pihak. Malaysia lebih menekankan penerbangan domestik sedangkan Singapura memilih jalur internasional.

Walaupun terjadi pemisahan, para pramugari Singapore Airlines atau biasa disebut Singapore Girls tetap menggunakan baju kebaya.

Perkembangan pesat terjadi pada tahun 1970-an saat Singapore Airlines menghadirkan Boeing 747 dalam armadanya. Pada 1980-an, Amerika Serikat, Kanada, dan Eropa ditambahkan pada jaringan rute Singapore Airlines.

Tahun 2004, Singapore Airlines memulai perjalanan langsung dari Singapura ke Los Angeles dan New York (Bandara Internasional Newark Liberty). Maskapai ini juga sudah mempromosikan diri sebagai pengguna pertama pesawat Airbus A380 yang digunakan pada akhir 2006 untuk penerbangan antara Singapura, London, dan Sydney.