DPRD DKI Menduga Informasi Pedagang Pasar yang Meninggal karena COVID-19 Ditutup-tutupi
JAKARTA - Anggota Komisi E Bidang Kesejahteraan Masyarakat Jhonny Simanjuntak menyayangkan sikap Perumda Pasar Jaya selaku BUMD DKI yang sempat menutupi bahwa ada pedagang Pasar Mayestik meninggal akibat COVID-19 beberapa waktu lalu.
Jhonny bilang, Pemprov DKI mesti terbuka dengan data penyebaran kasus COVID-19 di lingkup pasar. Sebab, pasar merupakan lokasi rawan penularan virus corona, di mana ada interaksi jual beli secara langsung dan berpotensi terjadi kerumunan.
"Mestinya Pak Anies sebagai gubernur mengarahkan kepada bahwa setiap peristiwa tentang COVID-19, apalagi di pasar, harus dibuka kepada masyarakat. Jangan ditutupi," kata Jhonny saat dihubungi, Selasa, 11 Agustus.
Jhonny menduga, informasi kasus COVID-19 yang sempat ditutup-tutupi oleh Perumda Pasar Jaya disebabkan kekhawatiran atas penurunan minat masyarakat yang berbelanja di pasar.
"Kalau kasus banyak, kan mereka takut tingkat konsumen di pasar menjadi menurun," ucapnya.
Padahal, kata Jhonny, informasi penularan COVID-19 yang tertutup akan membuat penanganan menjadi tidak efektif dan komprehensif. Sebab, masyarakat perlu mewaspadai penyebaran virus agar tidak tertular.
"Kalau informasi dibuka, kan jadi semakin waspada dan tidak anggap enteng terhadap penyebaran COVID-19. Dengan kita buka, maka itu menjadi pengingat bahwa faktanya virus itu masih ada di sekitar kita. Semua bisa kena, apalagi sampai meninggal," jelas dia.
Sebagai informasi, awalnya beredar pesan terusan di aplikasi WhatsApp yang beredar di masyarakat soal adanya pedagang pasar Mayestik, Kebayoran Baru, meninggal dunia akibat COVID-19.
Pedagang pasar berjenis kelamin perempuan tersebut adalah penjual kotak hantaran di lantai dasar Pasar Mayestik. Pada Kamis, 6 Agustus, Direktur Utama Perumda Pasar Jaya Aried Nasrudin membantah kabar tersebut.
Arief menyebut, memang ada pedagang Pasar Mayestik yang meninggal, namun akibat serangan jantung. "Kita jelaskan informasi tersebut adaah hoaks dan kita minta masyarakat tidak menyebarluaskan informasi yang tidak benar," katanya.
Lalu pada Minggu, 9 Agustus, Arief meralat pernyataannya. Ia membenarkan bahwa pedagang kotak hantar yang tinggal di Jatiwaringin, Bekasi, Jawa Barat, tersebut meninggal akibat COVID-19.
"Bahwa salah seorang pedagang box di lantai semi basement terpapar COVID-19, yang sebelumnya sempat kami nyatakan sebagai hoaks, dengan ini kami nyatakan bahwa berita tersebut adalah benar adanya," ungkapnya.
Oleh sebab itu, merujuk protokol pencegahan COVID-19, kios pedagang yang meninggal tersebut ditutup sementara dan dilakukan penyemprotan dengan disinfektan. Penyemprotan dilakukan secara berkala minimal 3 hari sekali.
"Sistem dan aturan sudah terus dilakukan agar menjaga pasar bisa mencegah penularan Covid-19, jumlah pengunjung sendiri juga sudah dibatasi, ini merupakan bagian dari upaya tersebut, kita harap semuanya saling menjaga dan juga mengingatkan," tutup Arief.