Imunisasi Rutin Anak Perlu Didahulukan Sebelum Pemberian Vaksin COVID-19
JAKARTA - Executive Director International Pediatric Association (IPA) Aman Bhakti Pulungan mengatakan imunisasi rutin perlu didahulukan untuk diberikan pada anak sebelum pemberian vaksin COVID-19.
"Kita mau imunisasi rutin didahulukan baru nanti diimunisasi COVID-19," kata Aman dalam agenda diskusi Dukungan Multisektoral Untuk Kejar Imunisasi yang diselenggarakan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) secara daring, Senin, 29 November.
Sementara itu, Ketua Umum Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Piprim Basarah Yanuarso mengatakan prioritas ini harus dilakukan karena jumlah penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi lebih banyak jumlahnya daripada penyuntikan vaksin COVID-19.
Ia menyadari COVID-19 memang saat ini menjadi penyakit menular yang harus dicegah. Tapi, di sisi lain penyakit lain seperti campak dan polio harusnya mendapat perhatian lebih karena dapat menjangkiti anak-anak yang tidak divaksin rutin.
"COVID-19 bisa menular tapi angka kematiannya masih rendah. Penyakit campak, polio, dan lainnya lebih bahaya walau tidak seheboh COVID-19," tegas Piprim dalam agenda yang sama.
Atas alasan itu, Piprim mengingatkan fokus penanggulangan pandemi COVID-19 jangan sampai mengabaikan imunisasi rutin karena dapat berisiko memicu kejadian luar biasa (KLB) di masa mendatang.
"Jangan sampai kita lupakan imunisasi rutin pada anak karena memburu vaksin COVID-19, jadi vaksin rutin terabaikan," ungkapnya.
Baca juga:
- Akhirnya Jokowi Merespon Putusan MK Soal UU Cipta Kerja, Kasih Garansi Kepastian Investasi di Indonesia
- 'Ada Ketidaksesuaian Formula UMP dengan Kondisi Nyata di Lapangan', Isi Surat Anies yang DIkirim ke Menaker
- Singapura dan Malaysia Buka Kembali Perbatasan Daratnya di Tengah Kekhawatiran Varian Omicron Virus Corona
Karenanya, IDAI kemudian meluncurkan program Lengkapi Imunisasi Tidak Lengkap Anakku (LITTLEKU) demi mengejar cakupan pemberian vaksin rutin bagi anak yang tertunda akibat pandemi COVID-19. Hal ini perlu dilakukan untuk mencegah munculnya penyakit yang tadinya bisa dikendalikan oleh imunisasi di tengah pandemi COVID-19.
"Kalau imunisasi turun di bawah 60 persen saja, penyakit yang tadinya terkendali bisa bermunculan lagi," ujarnya.
Dengan adanya program ini, diharapkan ada laporan rutin kepada IDAI dari kasus penyakit yang bisa dicegah dengan imunisasi, seperti difteri, campak maupun rubela. Apalagi, cakupan imunisasi dasar kepada anak menurun karena pandemi COVID-19 yang melanda Tanah Air sejak Maret 2020.
Padahal, imunisasi dasar ini penting untuk menjaga imunitas anak, khususnya untuk melindungi anak saat mereka beraktivitas Pembelajaran Tatap Muka (PTM) di sekolah.
"Selain itu, banyak dokter yang khawatir dengan program imunisasi kejar atau diberikan kepada anak yang terlambat atau peserta imunisasi yang baru sadar setelah jadwal terlewat," pungkasnya.