Sektor Informasi dan Komunikasi Jadi Satu-satunya Lapangan Usaha yang Tumbuh Positif di Kuartal II 2020

JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat sektor informasi dan komunikasi menjadi satu-satunya lapangan usaha yang mencatatkan pertumbuhan positif selama kuartal II/2020 dibandingkan dengan 16 sektor lainnya.

Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, pertumbuhan ini salah satunya didorong oleh meningkatnya jumlah pengguna jasa internet selama pandemi COVID-19. Pada kuartal II/2020 sektor ini tumbuh sebesar 10,88 persen. Sementara tahun lalu pertumbuhan sektor ini hanya 9,60 persen.

"Dari 17 sektor yang ada, hanya ada 7 sektor yang masih tumbuh tetapi melambat. Kecuali untuk sektor infomasi dan komunikasi. Jadi pada masa pandemi COVID-19 ini sektor informasi dan komunikasi tumbuh sebesar 10,88 persen," katanya, dalam konferensi pers secara virtual, Rabu, 5 Agustus.

Menurut Suhariyanto, pertumbuhan di sektor ini dipicu oleh meningkatnya belanja iklan televisi dan media digital selama pandemi. Selain itu, juga karena peningkatan trafik data internet.

"Televisi interaktif juga turut andil dalam pertumbuhan ini," tuturnya.

Dari sisi sektor lapangan usaha, sektor transportasi dan pergudangan mengalami kontraksi paling dalam sebesar 30,84 persen. Kemudian, jasa keuangan yang hanya tumbuh 1,03 persen setelah tahun lalu mencetak pertumbuhan 4,49 persen, dan real estat tumbuh 2,3 persen.

Sebelumnya, BPS mencatat pertumbuhan ekonomi kuartal II 2020 terkontraksi atau minus 5,32 persen secara tahunan atau year on year (yoy). Angka ini memburuk dari kuartal I/2020 yang mencapai 2,97 persen dan kuartal II 2019 sebesar 5,05 persen. Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia berdasarkan harga konstan pada kuartal II 2020 sebesar Rp2.589,6 triliun.

Jika dibandingkan dengan kuartal I 2020 maka pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami kontraksi minus 4,19 persen. Sedangkan, secara kumulatif semester I 2020 terhadap periode yang sama tahun lalu, mengalami kontraksi sebesar 1,26 persen.

Suhariyanto menjelaskan, kontraksi sebesar 5,32 persen itu merupakan yang terendah sejak kuartal I tahun 1999. Ketika itu, ekonomi Indonesia mengalami kontraksi sebesar 6,13 persen.