JAKARTA - Sejak awal bulan ini, Twitter bermaksud mendisiplinkan penggunanya untuk tidak menyebarkan informasi yang salah, terutama tentang virus corona atau COVID-19. Mereka mengumumkan akan memberi label “Get the facts” alias “Cek fakta” pada informasi menyesatkan, terlepas dari siapa yang mengatakannya.
Perihal COVID-19, pihak Twitter mengatakan bahwa siapa pun, bahkan para pemimpin dunia sekalipun dapat dikenakan label peringatan atau cuitannya dihapus total jika saja bertentangan dengan panduan dari badan kesehatan masyarakat yang terpercaya. Hal ini benar-benar sudah dilakukan oleh Twitter.
Twitter sudah pernah menghapus cuitan dari Presiden Brasil, Jair Bolsonaro yang memuji penggunaan obat anti-malaria hydroxychloroquine dan mengatakan bahwa social distancing telah berakhir. Cuitan lain yang sudah dihapus berasal dari Presiden Venezuela, Nicolás Maduro. Dalam cuitannya, ia mempromosikan "minuman alami” yang dapat menyembuhkan COVID-19.
Lalu yang baru saja terjadi adalah dua cuitan dari Presiden Amerika Serikat, Donald Trump yang dicuitkan pada 26 Mei kemarin diberi label “Get the facts about mail-in ballots” oleh Twitter. Dari sekian banyak cuitan Donald Trump yang kontroversial, ini merupakan kali pertama cuitannya diberi label.
Dalam cuitan itu, Trump menuduh surat suara yang masuk mengarah pada pemilu yang curang. Dia bilang kotak suara akan dirampok, surat suara akan dipalsukan, bahkan dicetak secara ilegal dan ditandatangani secara curang. Dia bahkan menuduh Gubernur California mengirimkan surat suara ke jutaan orang. Siapa pun yang tinggal di negara bagian, tak peduli siapa mereka atau bagaimana mereka sampai di sana, akan mendapatkannya. Kemudian mereka akan diberitahu oleh para profesional untuk memilih meskipun mereka tak pernah berpikir tentang voting sebelumnya.
There is NO WAY (ZERO!) that Mail-In Ballots will be anything less than substantially fraudulent. Mail boxes will be robbed, ballots will be forged & even illegally printed out & fraudulently signed. The Governor of California is sending Ballots to millions of people, anyone.....
— Donald J. Trump (@realDonaldTrump) May 26, 2020
Jika label “Get the facts about mail-in ballots” di cuitan itu di-klik, kita akan diberikan informasi lebih lanjut soal apa yang tertulis pada cuitan tersebut. Dalam kasus ini, pemeriksa fakta mengatakan tidak ada bukti bahwa surat suara yang masuk terkait dengan pemilu yang curang. Kemudian pada kenyataannya, hanya pemilih terdaftar yang akan menerima surat suara. Bahkan dilansir dari NBC News, ada 5 negara bagian yang memilih menggunakan surat suara dan menyarankan berbagai bentuk surat absensi.
Menanggapi hal ini, Donald Trump lantas menuduh Twitter mencampuri urusan Pemilihan Presiden 2020 dan sepenuhnya melumpuhkan hak kebebasan berbicara. Sebagai Presiden, dia bilang tak akan membiarkan hal itu terjadi.
.@Twitter is now interfering in the 2020 Presidential Election. They are saying my statement on Mail-In Ballots, which will lead to massive corruption and fraud, is incorrect, based on fact-checking by Fake News CNN and the Amazon Washington Post....
— Donald J. Trump (@realDonaldTrump) May 26, 2020
Bagi orang yang sering mengikuti cuitan Trump, malah mungkin heran mengapa baru kali ini cuitannya diberi label karena para kritikus Twitter saja sudah mengeluh soal Trump.
Sesaat sebelumnya, Twitter juga sedang dikritik karena kelambanannya menanggapi cuitan Trump yang mengandung teori konspirasi tak berdasar tentang kematian Lori Kaye Klausutis. Bahkan suaminya, Timothy J. Klausutis sudah meminta kepada CEO Twitter, Jack Dorsey untuk menghapus beberapa cuitan itu. Namun hingga sekarang, cuitan tersebut belum juga dihapus.
This letter is very powerful: pic.twitter.com/aTSMfCzkwl
— Del Quentin Wilber (@DelWilber) May 26, 2020
Klik dengarkan untuk mengetahui balasan dari juru bicara Twitter, Trenton Kennedy mengenai tweet Donald Trump tersebut.