JAKARTA - PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) menerbitkan sukuk yang berlandaskan keberlanjutan (sustainability) atau disebut Sukuk Mudharabah Keberlanjutan tahap pertama dengan imbal hasil atau kupon yang ditawarkan antara 6,40 persen hingga 7,20 persen untuk jangka waktu hingga tiga tahun.
"Biasanya bank-bank lain mereka menerbitkan obligasi hijau (green bond). Tapi kami ingin lebih dari itu. Tidak hanya sisi hijaunya, tapi juga ada sisi keberlanjutannya," kata Direktur Utama BSI Hery Gunardi usai acara "Public Expose Sukuk Mudharabah Keberlanjutan" di Jakarta, dikutip dari Antara, Rabu 15 Mei.
Sukuk keberlanjutan dalam mata uang rupiah ini ditawarkan dalam Penawaran Umum Berkelanjutan (PUB) totalnya senilai Rp10 triliun dengan issuence tahap pertama sebesar Rp3 triliun.
Instrumen ini dapat dimiliki mulai dari Rp5 juta per unit sehingga terjangkau oleh kaum muda yang baru belajar investasi. Terdapat tiga pilihan tenor yang ditawarkan yaitu 1 tahun atau 370 hari, kemudian 2 tahun dan 3 tahun.
Untuk seri A (370 hari), kupon yang ditawarkan yaitu 6,40 persen hingga 7,10 persen. Kemudian seri B (2 tahun) ditawarkan dengan kupon 6,45 persen hingga 7,15 persen, sementara seri C (3 tahun) 6,50 persen hingga 7,20 persen. Adapun pembayaran kupon akan dilakukan secara kuartalan.
Masa penawaran awal Sukuk Mudharabah Keberlanjutan mulai dari 15-30 Mei 2024. Pencatatan efektif dari OJK diharapkan akan diberikan pada 7 Juni 2024 sehingga periode penawaran umum akan dilakukan pada 11-12 Juni 2024, penjatahan dan pembayaran investor pada 13 Juni 2024, pembayaran dari JLU ke penerbit pada 14 Juni 2024, distribusi pada 14 Juni 2024, dan pencatatan di IDX pada 19 Juni 2024.
Sukuk dari BSI ini sudah mendapatkan izin dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melalui POJK No. 18 Tahun 2023. Sukuk Mudharabah Keberlanjutan mendapatkan rating idAAA(sy) atau triple A sharia oleh PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) dengan sustainability framework sudah diverifikasi oleh SDG's Hub Universitas Indonesia.
Adapun perusahaan-perusahaan sekuritas yang menjadi joint lead underwriter antara lain PT Mandiri Sekuritas, PT BNI Sekuritas, PT BRI Danareksa Sekuritas, PT Maybank Sekuritas, PT Mega Capital Sekuritas, dan PT Trimegah Sekuritas Indonesia Tbk.
Dana yang terkumpul dari hasil penerbitan Sukuk Mudharabah Keberlanjutan nantinya akan digunakan untuk pembiayaan kegiatan yang berkategori Kegiatan Usaha Berwawasan Lingkungan (KUBL) dan Kegiatan Usaha Berwawasan Sosial (KUBS).
Perseroan menyampaikan, BSI berkomitmen tinggi untuk terus terlibat aksi mitigasi perubahan iklim dan pembangunan berkelanjutan melalui program dan pembiayaan sustainable financing. Perseroan siap mendorong transisi menuju green economy melalui implementasi instrumen keuangan syariah yang fokus terhadap ESG.
Mengingat hal itu, Hery mengatakan bahwa kehadiran Sukuk Sustainability ini merupakan inovasi yang dapat memperkaya instrumen keuangan syariah di Indonesia. Sukuk berbasis ESG (environmental, social, and governance) diharapkan dapat diserap investor institusi dan ritel termasuk kalangan muda dan generasi Z.
BACA JUGA:
Terlebih inovasi ini terkategori instrumen yang mengedepankan keberlanjutan ekonomi sekaligus kontribusi BSI pada upaya mitigasi perubahan iklim dan mewujudkan pembangunan ekonomi hijau, serta senantiasa memberikan manfaat kepada umat.
BSI melihat pasar obligasi hijau global dalam beberapa tahun terakhir berkembang pesat dan membaca peluang untuk turut mengembangkan instrumen baru tersebut untuk membiayai proyek-proyek keberlanjutan melalui penerbitan Sukuk Sustainability. Di dalamnya BSI juga akan mengatur pengelolaan dan penggunaan dana, evaluasi dan seleksi proyek serta pengelolaan hasil dan mekanisme pelaporannya.
Data PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) per September 2023 menunjukkan saat ini investor pasar modal di Indonesia didominasi oleh milenial dan generasi Z dengan usia 30 tahun ke bawah dan 31-40 tahun dengan jumlah mencapai lebih dari 80 persen.
Adapun BSI sendiri memiliki portofolio pembiayaan berkelanjutan mencapai Rp59,19 triliun per posisi Maret 2024 yang terbagi atas kategori KUBL sebesar Rp12,57 triliun dan KUBS sebesar Rp46,62 triliun.