Bagikan:

JAKARTA - Google mulai bertindak untuk membantu pengguna terdampak konflik Rusia dan Ukraina yang sedang berlangsung, dengan menangani ancaman siber serta risiko terkait privasi.

Pada utasan Twitter yang panjang, Google untuk Eropa merinci daftar tindakan yang diambil untuk melindungi akun pengguna secara otomatis, serta tindakan yang dapat dilakukan pengguna sendiri untuk meningkatkan privasi dan keamanan mereka melalui fitur akun yang tersedia secara bebas.

Google memperjelas bahwa mereka terus berusaha untuk mewaspadai juga mengganggu kampanye disinformasi, peretasan, dan penyalahgunaan bermotivasi finansial seputar konflik kedua negara tersebut.

Upaya ini mencakup kolaborasi dengan perusahaan lain dan badan pemerintah terkait untuk mengatasi ancaman yang meningkat.

Pada tingkat pengguna, Google secara otomatis meningkatkan perlindungan keamanan akun untuk orang-orang di wilayah yang terkena dampak konflik. Ini termasuk tindakan seperti mengaktifkan otentikasi dua faktor (2FA) secara otomatis untuk pengguna yang belum mengaktifkannya dan mempromosikan penggunaan Program Perlindungan Lanjutannya.

Program Perlindungan Lanjutan menawarkan perlindungan ekstra bagi individu yang percaya bahwa mereka mungkin memiliki risiko lebih tinggi dari biasanya untuk menjadi sasaran pelaku jahat.

Biasanya sasaran itu meliputi pejabat pemerintah Ukraina, jurnalis, dan siapa pun yang mungkin menjadi sasaran peretas, disponsori secara nasional atau peretas lepas.

Seperti diwartakan ZDNet, Selasa, 1 Maret, untuk pengguna di zona konflik, serta informasi penjelajahan tentangnya, Google telah mengaktifkan mode Penjelajahan Aman secara default, ini akan mengidentifikasi upaya phishing dan malware dari seluruh web untuk pengguna di salah satu browser Chrome atau situs bermereknya.

Pengguna yang menginginkan perlindungan tambahan terhadap unduhan berbahaya juga dapat mengakses layanan VirusTotal gratis Google, yang menganalisis file untuk data atau URL yang mencurigakan, termasuk malware penghapus yang baru ditemukan yang diketahui menargetkan pengguna di Ukraina dan Latvia.

Terakhir, perusahaan merinci serangkaian upaya berkelanjutan untuk memerangi misinformasi dan kampanye propaganda, termasuk mengubah YouTube untuk memunculkan video dari sumber berita tepercaya, dan menghapus ratusan saluran serta ribuan video yang menyediakan informasi yang salah juga melanggar.

Tak luput, semua iklan yang mencoba mengeksploitasi krisis akan diblokir. Namun, Google secara bersamaan menyumbangkan ruang iklan senilai 2 juta dolar AS kepada organisasi kemanusiaan untuk membantu menghubungkan orang-orang di lapangan yang mencari sumber daya dengan informasi.