JAKARTA - Selama beberapa dekade, ancaman dunia maya telah menjadi tantangan besar bagi para profesional keamanan, pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat sipil di seluruh dunia.

Kehadiran teknologi kecerdasan buatan (AI) pun dipercaya dapat memberikan keuntungan dalam masalah keamanan tersebut.

Tapi di sisi lain, AI juga dapat digunakan oleh pelaku kejahatan dan menjadi vektor kerentanan jika tidak dikembangkan dan diterapkan dengan aman.

Untuk itu, selama Konferensi Keamanan Munich (MSC), Google meluncurkan Inisiatif Pertahanan Siber AI yang memanfaatkan potensi keamanan AI melalui usulan kebijakan dan agenda teknologi, untuk membantu mengamankan, memberdayakan, dan memajukan masa depan digital.

Sebagai bagian dari Inisiatif ini, Google meluncurkan 17 startup baru dari Inggris, AS, dan Eropa "AI for Cybersecurity", untuk membantu memperkuat ekosistem keamanan siber, dan juga juga berinvestasi pada jaringan pusat data global yang aman dan siap AI.

Raksasa penelusuran itu juga memperluas Program Seminar Keamanan Siber Google.org senilai 15 juta dolar AS (Rp234,8 miliar) di seluruh Eropa.

“Kami juga memberikan komitmen sebesar 2 juta dolar AS (Rp31,3 miliar) untuk mendukung inisiatif penelitian keamanan siber dan open source Magika, sistem identifikasi jenis file yang didukung AI dari Google,” lanjut Presiden urusan Global Google dan Alphabet, Kent Walker dalam blog resminya.

Pada akhir tahun 2024, Google berjanji akan menginvestasikan lebih dari 5 miliar dolar AS (Rp78,27 triliun) pada pusat data di Eropa, untuk membantu mendukung akses yang aman dan andal ke berbagai layanan digital.


The English, Chinese, Japanese, Arabic, and French versions are automatically generated by the AI. So there may still be inaccuracies in translating, please always see Indonesian as our main language. (system supported by DigitalSiber.id)