JAKARTA - Sebagai pelopor layanan ride-hailing, Gojek secara tidak langsung telah berkontribusi terhadap roda perekonomian di Indonesia. Setidaknya Gojek telah menyumbangkan Rp104,6 triliun dalam berbagai bentuk layanan dan moda usahannya. 

Hal itu diungkapkan Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI) dalam diskusi webinar bertema "Ekosistem Digital Gojek Mendukung Ketahanan Ekonomi Melalui Kontribusi yang Berkelanjutan". Dari hasil riset FEB UI, angka itu meningkat seiring kontribusi para mitra Gojek dalam perluasan ekosistemnya.

"Kontribusi ekonomi itu dihitung dari selisih pendapatan mitra sebelum dan sesudah bergabung ke dalam ekosistem Gojek. Setiap tahunnya juga mengalami kenaikan berturut-turut selama tiga tahun ke belakang," ungkap Wakil Kepala LD FEB UI, Dr. Paksi C.K Walandouw saat webinar, Senin 3 Agustus.

Sumber utama pendapatan Gojek, terbagi menjadi dua antara lain layanan GoRide dan GoCar. Sedangkan pendapatan tak langsung berasal dari ekosistem Gojek lainnya, seperti UMKM, GoFood, GoPay dan GoSend. 

"Dampak multiplier, atau kontribusi tidak langsung keberadaan Gojek pada ekonomi Indonesia di tahun 2019 mencapai Rp 17,5 Triliun. Ini dihitung dari selisih pendapatan UMKM di luar ekosistem Gojek (seperti bengkel yang digunakan mitra pengemudi, atau pedagang pasar yang menjual bahan baku ke mitra GoFood) sebelum dan setelah Gojek beroperasi di sebuah kota," ujar Dr. Paksi.

Kontribusi Gojek secara nasional (tangkapan layar webinar FEB UI)

Dr. Paksi menambahkan bila dihitung menggunakan metode Pendapatan Domestik Bruto (PDB), ekosistem digital Gojek nilai produksinya setara dengan 1 persen PDB nasional. Secara relatif, sumbangan ini lebih besar bila dibandingkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) untuk beberapa Provinsi di Indonesia.

"Keberadaan Gojek di sebuah kota juga menimbulkan efek domino di sektor lainnya. Mayoritas (86 persen) UMKM di luar ekosistem Gojek seperti bengkel dan pedagang pasar mengalami peningkatan volume transaksi setelah ada Gojek di kotanya," kata Dr. Paksi.

"Yang menarik adalah, lebih dari sepertiga UMKM (33 persen) mengaku bisa membuka cabang usaha baru setelah ada Gojek di kotanya. Ini artinya keberadaan platform digital di sebuah kota bisa membuat roda ekonomi bergerak semakin cepat," terang Dr. Paksi.

Sebagai informasi, hasil riset LD FEB UI ini melibatkan 7.343 responden, dengan periode penelitian dari Desember 2019 hingga Januari 2020. Area penelitian meliputi Jabodetabek, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Denpasar, Palembang, Medan, dan Makassar.


The English, Chinese, Japanese, Arabic, and French versions are automatically generated by the AI. So there may still be inaccuracies in translating, please always see Indonesian as our main language. (system supported by DigitalSiber.id)