JAKARTA - LGBT sempat jadi trending topic di Twitter, Rabu, 20 Januari. Banyak narasi yang menyebut LGBT sebagai kaum pembawa bencana.
Akun @Bonggaz97, misalnya. Dia secara gambling menyebut penyebab banyaknya bencana di Indonesia disebabkan oleh LGBT.
“Jadi inget singkatan LGBT itu Longsor Gempa bumi Banjir dan Tsunami. Hati-hati ya, guys, penyebab Indonesia sering terjadi bencana bukan karena dilalui ring of fire tapi karena LGBT,” kicau akun tersebut, dikutip VOI, Kamis, 21 Januari.
Apa itu LGBT?
LGBT merupakan singkatan dari lesbian, gay, biseksual, dan transgender. Istilah tersebut muncul pada tahun 1990 untuk menyebut komunitas yang memiliki orientasi seks terhadap sesama jenis.
LGBT memiliki bendera berwarna pelangi. Maknanya, seksualitas adalah sesuatu yang sangat bewarna seperti pelangi.
Lesbian sendiri merupakan sebutan untuk perempuan yang menyukai sesama jenis. Sementara gay adalah sebutan khusus untuk laki-laki yang memiliki orientasi seks terhadap sesama jenis.
Berikutnya, Biseksual dipakai untuk menyebut orang yang tertarik kepada laki-laki atau perempuan.
Terakhir, trangender digunakan untuk orang yang cara berperilaku atau berpenampilan berbeda atau tidak sesuai dengan jenis kelaminnya.
Mantan Menteri Kesehatan RI Nila Moelok pernah menyatakan bahwa perilaku LGBT dari sisi kesehatan tidak dibenarkan dan bukan gangguan kejiwaan melainkan masalah kejiwaan.
另请阅读:
Pernyataan Nila Moelok berbeda dengan pendapat dokter spesialis bedah saraf Roslan Yusni Hasan atau akrab disapa Ryu Hasan.
Menurutnya, orientasi seksual seorang entah itu lesbian, gay, atau biseksual bukanlah penyakit dan bukan pula gangguan.
“Kecuali jika mereka merasa tidak nyaman, itu bisa dibilang gangguan,” ujar Ryu Hasan dalam sebuah tayangan di Youtube.
Ryu Hasan menegaskan bahwa orientasi seksual tidak bisa diubah. Dia menjelaskan, dulu homoseksualitas pernah dianggap sebagai penyimpangan dan termasuk dalam gangguan jiwa. Namun, sejak 1974, Aosiasi Psikiatri Amerika Serikat (APA) telah menghapus homoseksual dari salah satu kelainan jiwa dan kelainan seks.
The English, Chinese, Japanese, Arabic, and French versions are automatically generated by the AI. So there may still be inaccuracies in translating, please always see Indonesian as our main language. (system supported by DigitalSiber.id)