JAKARTA - Akun twitter keluarga kerajaan Inggris @RoyalFamily sejak 8 September 2022 pukul 06.34 PM waktu setempat sudah mengabarkan kondisi kesehatan Ratu Elizabeth II.

“Setelah evaluasi lebih lanjut pagi ini, dokter Ratu mengkhawatirkan kesehatan Yang Mulia dan merekomendasikan agar dia tetap di bawah pengawasan medis. Sang Ratu tetap nyaman dan berada di Balmoral,” tulis @RoyalFamily yang sudah ditranskrip ke dalam bahasa Indonesia.

Melansir kantor berita AFP, para anggota keluarga Kerajaan Inggris bergegas ke Kastil Balmoral, kediaman pribadi Ratu Elizabeth II yang berlokasi di Aberdeenshire, Skotlandia. Hadir Pangeran Charles, Putri Anne, Pangeran Andrew, Pangeran William, dan Pangeran Edward. Menyusul, Pangeran Harry dan istrinya, Meghan Markle dari California, Amerika Serikat.

Lalu, pada 8 September 2022, pukul 12.30 AM waktu setempat, @RoyalFamily memberi kabar duka, “Ratu meninggal dengan tenang di Balmoral sore ini. Raja dan Permaisuri akan tetap di Balmoral malam ini dan akan kembali ke London besok.”

Surat pernyataan yang menyebutkan Pangeran Charles menjadi penerus Kerajaan Inggris sebagai Raja Charles III setelah Ratu Elizabeth II wafat. (Twitter/@RoyalFamily)

Ratu Elizabeth II atau Elizabeth Alexandra Mary meninggal dunia dalam usia 96 tahun.

Keesokan harinya, 9 September 2022, pukul 1:04 PM waktu setempat, @Royal Family kembali memposting pernyataan Pangeran Charles yang didapuk sebagai penerus takhta sebagai Raja Charles III.

Diterjemahkan sebagai berikut:

Pernyataan dari Yang Mulia raja pada saat kematian ratu

Meninggalnya ibunda tercinta, Baginda Ratu, merupakan momen kesedihan terbesar bagi saya dan seluruh anggota keluarga

Kami sangat berduka atas meninggalnya seorang penguasa yang disayangi dan seorang ibu yang sangat dicintai. Saya tahu kehilangannya akan sangat dirasakan di seluruh negeri, kerajaan, negara persemakmuran, dan oleh banyak orang di seluruh dunia.

Selama masa berkabung dan perubahan ini, saya dan keluarga akan dihibur dan ditopang oleh pengetahuan kami tentang rasa hormat dan kasih sayang yang mendalam di mana ratu dipegang secara luas.

Penguasa Kerajaan Inggris Terlama

Melansir Britannica, Ratu Elizabeth II lahir pada 21 April 1926, ketika kakeknya George V menduduki takhta Raja Inggris. Ketika Elizabeth berusia 10 tahun, tepatnya Januari 1936, takhta kerajaan berpindah ke pamannya, Edward Albert Christian George yang diangkat menjadi Raja Edward VIII.

Namun, Raja Edward VIII tak lama menjadi raja karena dia lebih memilih kekasih hatinya, janda asal Amerika Serikat, Wallis Simpson dibandingkan kekuasaan. Aturan kerajaan Inggris sangat ketat. Raja George V melarang anak-anaknya menikahi janda yang mantan suaminya masih hidup.

Pada Desember 1936, Raja Edward VIII akhirnya menyerahkan takhta ke adiknya, Albert Frederick Arthur George yang merupakan ayah dari Ratu Elizabeth II. Albert dinobatkan sebagai Raja George VI.

Ratu Elizabeth II (tengah) ketika masih anak-anak bersama ayahnya, Raja George VI dan ibunya, Permaisuri Elizabeth Bowes-Lyon atau Ibu Suri (kiri mengenakan mahkota). (Twitter/@RoyalFamily)

"Saya, Edward VIII, Raja Inggris...dengan ini menyatakan keputusan saya yang tak bisa dibatalkan, untuk meninggalkan takhta untuk diri saya sendiri dan juga untuk anak keturunan saya," tulisnya.

Ia menandatangani surat penyerahan takhtanya, Kamis pagi 10 Desember 1936, di depan saudara-saudaranya dan para pengacara.

Ketegangan Perang Dunia Kedua dan ketegangan periode pascaperang mengakibatkan kesehatan Raja George VI menurun. Raja gagal pulih dari operasi paru-paru dan meninggal dunia saat berusia 56 tahun pada 6 Februari 1952 di Sandringham.

Putri pertama Raja George VI, yang ketika itu masih berusia 25 tahun naik takhta sebagai Ratu Elizabeth II. Dialah pemimpin Kerajaan Inggris terlama sepanjang sejarah, yakni selama 70 tahun. Ketua Persemakmuran sekaligus ratu dari tujuh alam persemakmuran merdeka.

Hubungan Inggris dan Indonesia

Hubungan Indonesia dan Inggris sebenarnya sudah terjalin sejak era kemerdekaan. Sejarah mengakui, Inggris lah yang menjadi penggagas perundingan antara Indonesia dengan Belanda di Linggarjati pada 1946. Inggris selaku penanggung jawab atau mediator diwakili oleh Lord Killearn.

Namun, seiring perjalanan, hubungan Inggris dan Indonesia sempat mengalami pasang-surut. Terlebih, ketika itu, Presiden Soekarno cenderung mempererat kerjasama dengan blok timur, Moskow, Beijing, dan Hanoi karena Soekarno menilai Inggris dan AS lebih mendukung Belanda dalam kasus Irian Barat.

Permusuhan memuncak pada era Konfrontasi Indonesia-Malaysia. Soekarno menuduh pembentukan Federasi Malaysia sebagai plot neo-kolonialisme Inggris. Soekarno tak segan memutus hubungan diplomatik dengan Inggris dan melancarkan serangan darat ‘Ganyang Malaysia’.

Pangkal persoalannya, papar Paul Lashmar dan James Oliver di buku 'Britain's Secret Propaganda War 1948-77', adalah sumber daya alam.

“Indonesia punya nilai strategis bagi Inggris dan AS, baik secara ekonomi maupun geografis. Selat Malaka dinilai penting untuk Inggris dan AS untuk kepentingan rute kapal perang dan dagang,” tulis Lashmar.

Ratu Elizabeth II bersama Presiden Soeharto saat kunjungan kenegaraan ke Inggris pada 1979. (Arsip Nasional Republik Indonesia)

Namun, pada era Presiden Soeharto, kebijakan politik luar negeri Indonesia sedikit berubah. Soeharto lebih cenderung bekerjasama dengan sejumlah negara-negara barat, termasuk Inggris.

Tercatat, Ratu Elizabeth II bersama suaminya, Pangeran Philip pernah berkunjung ke Indonesia pada 15-22 Maret 1974. Pemimpin kerajaan Inggris itu datang ke Bali menggunakan kapal pesiar kerajaan Royal Yacht Britannia, kemudian lanjut ke Jakarta dan disambut Presiden Soeharto.

Harian Kompas edisi Senin, 18 Maret 1974 menyebut, “Kunjungan ini membuat hubungan bilateral antara Inggris dan Indonesia menjadi lebih dinamis, kuat, maju, berkembang, hingga terbangun kemitraan strategis bagi kedua negara.”

Lalu, lima tahun kemudian, giliran Presiden Soeharto yang melakukan kunjungan balasan ke Inggris. Presiden dan lbu Tien Soeharto tiba pukul 11.25 GMT atau 18.25 WIB di Bandara Gatwick, London, 13 November 1979.

Dari Gatwick, rombongan menaiki kereta api kerajaan menuju Victoria. Tiba di stasiun kereta Victoria, Pak Harto yang mengenakan jas warna gelap dan peci disambut Ratu Elizabeth II yang mengenakan mantel hijau tua dengan kaus tangan hitam. Sementara itu Pangeran Philip menyalami Ibu Tien Soeharto.

Tak hanya Soeharto, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) juga pernah menjadi tamu kehormatan untuk Ratu Elizabeth II. SBY mendapat undangan perayaan 60 Tahun Diamond Jubilee of Elizabeth II.

Ratu Elizabeth II bersama Presiden Susilo Bambang Yudhoyono seusai jamuan kenegaraan di Istana Buckingham pada 31 Oktober 2012. (Dok. Sekretariat Kabinet)

Melansir dari Tempo.co, dalam pidatonya saat menjamu SBY kala itu, Ratu Elizabeth II mengatakan Indonesia telah mengalami transformasi yang luar biasa di bawah kepemimpinan SBY.

"Indonesia sekarang adalah negara demokrasi yang terus berkembang dan salah satu kekuatan ekonomi dunia yang paling cepat tumbuh, yang memainkan peran besar di kancah internasional," ujarnya.

Ratu menutup pidatonya dengan pesan untuk terus menjaga hubungan Inggris dan Indonesia. "Semangat kebersamaan dan kerja sama telah menjadi tema tahun ini [tahun 2012] dan dengan semangat ini, saya percaya jika kita bekerja bersama dalam berbagi aspirasi satu sama lain untuk membangun dunia yang sejahtera berdasarkan kebebasan fundamental, kemitraan antara Inggris dan Indonesia akan terus berkembang."

"Dan sekarang, Bapak dan Ibu sekalian, saya undang kita semua bangkit berdiri dan bersulang, untuk Presiden dan Rakyat Indonesia!"

Presiden Jokowi dalam akun instagram pribadinya, Jumat (9/9) mengucapkan belasungkawa atas meninggalnya Ratu Elizabeth II, seorang ratu yang sangat dikagumi dan dicintai.

“I am deeply saddened by the passing of Queen Elizabeth II, a widely admired and beloved queen. My deepest sympathy and heartfelt condolences to the Royal Family, the government, and the people of the UK,” tulis Presiden Jokowi.


The English, Chinese, Japanese, Arabic, and French versions are automatically generated by the AI. So there may still be inaccuracies in translating, please always see Indonesian as our main language. (system supported by DigitalSiber.id)