Ketua Komisi V DPR ke Demokrat: AHY Seharusnya Semedi Dulu di Hambalang Sebelum Ngomong

JAKARTA - Ketua Komisi V DPR, Lasarus membantah pernyataan Ketum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) yang menyebut 70-80 persen pembangunan di era Presiden Joko Widodo (Jokowi) adalah warisan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Lasarus meminta Demokrat tidak asal klaim.

"Kalau soal keberhasilan, termasuk dalam bidang pembangunan dan infrastruktur itu kan terukur, Jokowi lebih bagus. Semua orang tahu, Jokowi lebih sukses dibandingkan SBY,” kata Lasarus, Senin 19 September.

Lasarus mengaku kebingungan dengan pernyataan AHY yang menyebut seharusnya Pemerintahan Jokowi berterima kasih dengan Pemerintahan SBY. Dalam pemerintahan, penerus melanjutkan kerja pendahulunya adalah hal yang biasa.

"Kenapa harus diperdebatkan, setiap jabatan ada masanya. Pemimpin-pemimpin sebelumnya nggak pernah ada tuh ada yang klaim keberhasilan penerusnya,” ucap anggota Fraksi PDI Perjuangan (PDIP) itu.

“Jembatan Suramadu, itu digagas Pak Soeharto. Yang bangun Ibu Megawati, dan yang meresmikan adalah SBY. PDIP nggak ribut tuh SBY tinggal gunting pita saja,” lanjut Lasarus.

Ditambahkannya, sudah sewajarnya jika program atau kebijakan yang bagus diteruskan. Lasarus pun menyinggung pembangunan Wisma Atlet yang mangkrak di era SBY.

“Kalau memang programnya bagus ya pasti dilanjutkan. Proyek Hambalang sampai sekarang masih terbengkalai karena memang bermasalah. Jadi AHY seharusnya semedi dulu di Hambalang sebelum ngomong,” tukasnya.

Lasarus menilai, AHY tidak memahami bagaimana sebuah program pembangunan dilaksanakan sehingga mempersoalkan keberhasilan pembangunan di era Jokowi.

“Kita ini kan menyusun program dan anggaran bareng-bareng di DPR. Ada Demokrat juga di situ, yang artinya ketika program berjalan sudah melalui persetujuan semua fraksi, termasuk fraksi partainya AHY. Kenapa sekarang lantas mempersoalkannya?” ujar Lasarus.

Pimpinan Komisi DPR yang membidangi urusan infrastruktur dan transportasi tersebut meminta AHY berbicara dengan data. Karena AHY berbicara tidak berdasarkan data, kata Lasarus, AHY saat ini terkesan seperti menepuk air di dulang terpercik muka sendiri.

“Orang yang elegan itu seharusnya berbicara berdasarkan data, jadi nggak asal ngomong. Kelihatan sekali kan beda kelasnya dengan Pak Jokowi yang bekerja diam tapi banyak mensejahterakan rakyat,” sebutnya.

Lasarus kemudian membandingkan pembangunan era SBY dan Jokowi berdasarkan data. Untuk jalan tol, SBY hanya berhasil membangun tol sepanjang 189,2 km sepanjang waktu 10 tahun.

Presiden Jokowi dalam 8 tahun kepempinannya sudah berhasil membangun jalan tol sepanjang 1.762,3 km. Bahkan Jokowi masih menargetkan untuk menyelesaikan pembangunan 750 km jalan tol pada dua terakhir pemerintahannya, yakni 2023 dan 2024.

“Target untuk 2 tahun ini melebihi pencapaian SBY membangun jalan tol selama 10 tahun,” terang Lasarus.

Lasarus mengakui, memang sebagian jalan tol yang dibangun Jokowi sudah direncanakan oleh pemimpin-pemimpin terdahulu. Tapi, bukan hanya SBY saja yang berkontribusi membuat master plan pembangunan tersebut.

“Tapi yang penting, siapa yang berhasil merealisasikannya. Jangan menutup mata bos!” ungkapnya.

Selain jalan tol, Jokowi berhasil menyelesaikan seluruh bendungan yang konstruksinya dimulai di era SBY, tepatnya 18 bendungan. Jokowi juga diketahui membangun 12 bendungan sehingga total adal 30 bendungan yang selesai dibangun sejak Jokowi menjabat.

Lasarus juga mengatakan, ada 29 bandara yang dibangun di masa pemerintahan Jokowi. Presiden Jokowi pun masih menargetkan 9 konstruksi bandara lagi yang akan selesai pada 2023, sebelum periode kepemimpinan berakhir. Baik bandara baru maupun revitalisasi.

“Kita ketahui saat ini pembangunan di desa sangat pesat. Dari ujung barat sampai timur, tanah Papua. Semua merata,” kata Lasarus.

Komisi V DPR mencatat, infrastruktur desa yang berhasil dibangun di era Jokowi, antara lain 1.597.539 meter jembatan, 1.474.544 unit air bersih desa, 501.054 unit irigasi desa, 12.297 pasar desa, dan 42.357 posyandu. Lasarus mengatakan, program-program pembangunan di era SBY dan Jokowi sangat berbeda jauh.

“Saya jadi pimpinan Komisi V DPR sudah lama, sudah 15 tahun. Jadi saya tahu dari masa ke masa bagaimana pemerintah menyusun program dan anggaran. Di situ bisa terlihat seperti apa kebijakannya,” papar Lasarus.

Banyak pakar yang menyatakan, pencapaian pembangunan di era Jokowi melampaui pembangunan infrastruktur pemerintahan Indonesia lainnya. Lasarus menegaskan, pembangunan infrastruktur pada era pemerintahan Jokowi berjalan 'on the track' dan itu terlihat bagaimana dalam survei-survei kepuasan publik sangat besar kepada Jokowi, khususnya di bidang pembangunan infrastruktur.

“Kalau rakyat lebih happy dipimpin Pak Jokowi dibanding SBY, itu karena mereka yang merasakan. Jadi jangan keki,” tuturnya.

“Presiden Jokowi benar-benar membangun dari pinggiran, dan semua merasakan keberhasilannya, dari orang kota sampai orang-orang di pelosok desa,” lanjut Lasarus.

Ketua DPD PDIP Kalbar ini pun memperkirakan Demokrat merasa iri dengan keberhasilan Presiden Jokowi sehingga membuat narasi-narasi buruk. Bukan hanya soal pembangunan, tapi juga isu-isu lainnya.

Lasarus menyoroti pernyataan SBY yang menuding akan terjadi kecurangan di Pemilu 2024. Ia meminta SBY berkaca terlebih dahulu sebelum berbicara.

“SBY kebiasaan menembak dari atas kuda dengan mata tertutup dan akhirnya buat keramaian. Ini preseden yang nggak baik sebagai mantan presiden, apalagi suka mengklaim keberhasilan orang lain,” ucapnya.

“Apa yang dilakukan SBY membuat dirinya semakin tampak tidak terhormat di mata publik,” tutup Lasarus.