Pemerintah Berikan Bantuan Logistik Terhadap WNI di Beirut Pasca Ledakan

JAKARTA - Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengatakan pemerintah Indonesia melalui KBRI Beirut telah memberikan bantuan terhadap WNI yang terdampak ledakan besar yang terjadi di pelabuhan Beirut, Libanon. Pemberian bantuan logistik ini, kata dia sudah dilakukan sebanyak dua kali.

"Hingga saat ini KBRI Beirut telah memberikan bantuan logistik sebanyak dua kali bagi 160 WNI kelompok rentan terutama saudara-saudara kita pekerja migran," kata Retno di Jakarta, Jumat, 7 Agustus.

Dia menjelaskan saat ini terdapat 1.447 warga negara Indonesia yang berada di Libanon. Angka ini terdiri dari 1.234 anggota Satgas Kontingen Garuda (Konga) XXIII-N/United Nation Interim Forces in Lebanon (UNIFIL) dan 213 warga sipil termasuk mahasiswa.

"KBRI Beirut terus berkoordinasi dengan otoritas setempat dan terus berkomunikasi dengan para WNI tersebut untuk melakukan pemantauan kondisi mereka (WNI, red) pasca kejadian ini," ungkapnya.

Sementara untuk seorang WNI yang dikabarkan terluka akibat ledakan ini, Retno mengatakan kondisinya saat ini stabil dan telah mendapatkan perawatan kesehatan dari rumah sakit.

"Satu warga negara Indonesia dengan inisial NNE mengalami luka ringan akibat ledakan tersebut dan yang bersangkutan telah mendapatkan pengobatan dan saat ini kondisinya stabil," ujarnya.

NNE, sambung Retno, juga telah mendapatkan pendampingan dari KBRI Beirut. Pendampingan ini akan terus dilakukan hingga dia dinyatakan sembuh.

Lebih lanjut, dia mengatakan Indonesia juga telah menyampaikan simpati dan bela sungkawa terhadap masyarakat dan pemerintah Libanon. Selain disampaikan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi), Retno telah menghubungi Perdana Menteri dan Menteri Luar Negeri Libanon untuk menyampaikan rasa duka cita dan simpati yang mendalam.

"Indonesia menyampaikan solidaritas dengan masyarakat Libanon dalam menghadapi masa sulit ini dan pasukan Satgas Kontingen Garuda di bawah UNIFIL juga telah membantu proses evakuasi korban segera setelah ledakan terjadi," ujarnya.

Sebelumnya, sebuah ledakan terjadi di Beirut, Libanon. Ledakan itu sangat besar hingga mengguncang seluruh Kota Beirut dan suara ledakan dilaporkan terdengar di seluruh negara tersebut. Getaran akibat ledakan ini bahkan terasa hingga ke Nikosia, ibu kota dari negara Kepulauan Siprus, yang berjarak 240 kilometer jauhnya.

Dari citra satelit yang diambil oleh Maxar Technologies, memperlihatkan bagaimana kondisi kota dan pelabuhan Beirut sebelum dan sesudah ledakan dahsyat yang menewaskan lebih dari 135 orang dan ribuan lainnya mengalami luka-luka. 

Gambaran dampak dari ledakan besar itu menunjukkan banyaknya bangunan yang hancur bahkan titik pusat ledakan juga meninggalkan cekungan kawah yang cukup besar. Hingga saat ini otoritas di Libanon masih menyelidiki sumber dan penyebab ledakan. Dugaan sementara ledakan dahsyat yang terjadi pada Rabu 5 Agustus itu, berasal dari 2.750 ton amonium nitrat. Senyawa itu kerap digunakan sebagai pupuk yang telah disimpan di gudang sejak 2013.