Di Ujung Ramadan, Ada Dua Bola Panas dari Hasto Kristiyanto untuk Jokowi
Ilustrasi karya Andry Winarko VOI

Bagikan:

JAKARTA - Sekjen PDI Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto dalam sepekan terakhir seakan menjadi tokoh yang penuh kontroversi di dunia politik.

Apalagi usai melemparkan dua bola panas dengan menyebutkan adanya mantan menteri powerfull yang diutus Jokowi untuk ketemu dan membujuk Megawati guna menduduki kursi Ketua Umum PDIP dan menyebut putra sulungnya Jokowi seperti supir truk yang menabrak di gerbang tol Halim.

Pernyataan Hasto yang seakan memancing di dalam air keruh itu membuat heran Ketua Harian Partai Gerindra Sufmi Dasco Ahmad. Wakil Ketua DPR ini merasa heran dengan sikap Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto yang mengumbar masalah internal PDIP ke publik perihal isu Presiden Joko Widodo ingin mengambil alih kursi ketua umum.

Dasco menambahkan, meskipun isu itu benar adanya namun tidak sepatutnya hal itu diumumkan ke publik.

"Saya juga heran dengan isu seperti itu, karena sebenarnya itu masalah internal parpol yang sebaiknya dibicarakan di internal, dan kemudian tidak diekspose ke publik," ujar Dasco di DPR, Jakarta, Kamis, 4 April.

Ketua Harian DPP Partai Gerindra, Sufmi Dasco Ahmad (Nailin In Saroh/VOI)
Ketua Harian DPP Partai Gerindra, Sufmi Dasco Ahmad (Nailin In Saroh/VOI)

Kendati demikian, Dasco tak mau ikut campur dengan persoalan yang ada di PDIP. Dia hanya berharap, setiap partai politik di Indonesia bisa melakukan transisi kepemimpinan sesuai mekanisme yang diatur dalam anggaran dasar dan anggaran rumah tangga (AD/ART) parpol masing-masing.

"Tetapi apapun itu, kita berharap semua parpol yang ada di Indonesia ini baik baik saja dalam melakukan transisi kepemimpinan dengan mekanisme yang sudah diatur dalam AD/ART masing-masing parpol," kata Daso.

Sementara itu Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto saat ditemui enggan mengomentari pernyataan Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto yang menyebut ada upaya Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk mengambil alih kursi ketua umum PDIP. Airlangga mempersilakan wartawan untuk menanyakan hal tersebut kepada yang bersangkutan.

"Tanyakan kepada yang memberi statement," ujar Airlangga di kantor DPP Partai Golkar, Rabu, 3 April.

Gerindra Nilai Hasto 11 dari 100

Pernyataan Hasto yang seakan sedang mengeluarkan 'amunisi' ke Jokowi diteruskan ke putra sulungnya. Hasto menyebut Gibran Rakabuming Raka seperti supir truk yang menabrak di gerbang tol halim. Hasto menilai usia Gibran belum mencukupi untuk menjalan persoalan yang kompleks tersebut. Menurutnya, sesuatu yang tidak ideal hanya akan menciptakan kerusakan.

"Kemudian di tengah-tengah itu muncul suatu tampilan bagaimana seorang anak presiden yang batas usia belum mencukupi, wali kota juga baru dua tahun, kemudian mendapatkan suatu preferensi,"kata Hasto.

Kontan pernyataan tersebut langsung mendapatkan reaksi keras dari berbagai pihak. Wakil Ketua Umum Gerindra, Habiburokhman mengecam pernyataan Hasto. Wakil Ketua Komisi III DPR RI ini menegaskan pernyataan dari Hasto sarat dengan kebencian dan kesombongan. Tak sungkan, Habiburokhman memberikan nilai kadar kenegarawanan dari Sekjen PDIP angka 11 dari 100.

"Kami mengecam keras pernyataan saudara Hasto tersebut. Terkesan sangat arogan dan penuh kebencian hanya gara-gara calon yang dia dukung kalah," kata Habiburokhman kepada VOI.

Menurut habiburokhman dengan menyamakan Gibran dengan sopir truk tersebut, sama dengan menghina kecerdasan pendukung paslon nomor urut 2, Prabowo-Gibran. Dia meanti-wanti Hasto bisa dijadikan musuh bersama oleh pendukung Prabowo-Gibran.

"Menyamakan Mas Gibran dengan remaja supir yang menabrak di Halim sama dengan menghina kecerdasan rakyat pemilih Prabowo-Gibran yang jumlahnya mendekati 100 juta orang. Jangan sampai puluhan juta pemilih Prabowo-Gibran menjadikan Hasto sebagai musuh bersama," tukasnya.

Sekjen Gibran Center, Roy Marjuk juga angkat bicara terhadap pernyataan kontroversi Hasto Kristiyanto. Roy menyindir Hasto ibarat penumpang pesawat di kabin VIP. Biasanya, kata Roy, lebih rewel daripada penumpang di kabin bisnis ataupun ekonomi.

"Tetapi ketika pesawat telah sukses sampai tujuan, penumpang VIP lah yang paling senang," katanya.

Sebagai sesama penumpang, Roy pun menyarankan agar Hasto lebih bisa menikmati penerbangan dengan kapten pilot Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang akan segera digantikan oleh Prabowo dengan Co-pilot muda, Gibran Rakabuming Raka.