JAKARTA - Harga rendah dulunya merupakan faktor utama yang mendorong konsumen China menyukai produk bekas. Akan tetapi sekarang mereka memiliki satu alasan lagi selain Berhemat, yakni memerangi perubahan iklim dengan mengurangi jejak karbon dari gaya hidup mereka.
Industri e-commerce bekas China telah berkembang pesat di tengah pandemi virus corona yang sedang berlangsung dan dorongan dekarbonisasi Beijing. Kini beberapa platform perdagangan telah mengumpulkan dana dalam jumlah besar pada paruh pertama tahun ini untuk mendanai ekspansi mereka.
“Dengan ketidakpastian situasi ekonomi saat ini dan meningkatnya adopsi konsep daur ulang dan perlindungan lingkungan, ini adalah tren bagi konsumen untuk memperdagangkan barang bekas secara online dengan uang mudah,” kata Cao Lei, Direktur Riset E-commerce China yang berbasis di Hangzhou.
Menurut pusat riset itu, pasar e-commerce bekas negara itu bernilai 374,5 miliar yuan (sekitar 840 triliun rupiah) tahun lalu, dan dapat tumbuh mencapai 411 miliar yuan (Rp 922 triliun), tahun ini.
China, di mana seperempat penjualan ritel barang konsumen dilakukan secara online tahun lalu, memiliki pasar e-commerce terbesar di dunia. Tetapi booming ini telah menciptakan masalah pemborosan yang besar, karena banyak barang yang dibeli secara impulsif tidak digunakan.
Padahal pemerintah China sudah mentargetkan untuk mengurangi emisi karbon secara radikal. “China akan mengurangi emisi karbon lebih dari 65 persen,” kata Xi Jinping, Presiden China.
Produksi dan transportasi mereka, serta pengemasan dan pengiriman meninggalkan jejak karbon yang besar. Untuk mengatasi pemborosan ini, Beijing mempromosikan ekonomi sirkular, di mana cetak biru pembangunan untuk 2021-25 diterbitkan bulan ini. Ini melibatkan perancang produk dan rantai pasokan dengan cara yang memungkinkan bahan kemasan itu untuk didaur ulang guna membuat produk baru.
Di sinilah platform seperti AiHuiShou International, platform e-commerce utama untuk komputer bekas, alat komunikasi, dan produk elektronik, yang didukung Tencent , masuk dalam industri itu.
AiHuiShou mengumpulkan 227 juta dolar AS (melalui penawaran umum perdana di New York bulan lalu. Didirikan pada tahun 2011, Aihuishou dimulai sebagai penyedia layanan sumber online dan offline yang berfokus pada perangkat elektronik. Perusahaan ini juga telah bekerja sama dengan JD.com, serta pembuat smartphone seperti Xiaomi dan Huawei Technologies, sebagai saluran tukar tambah. Dengan lebih dari 800 toko offline di 170 kota di seluruh China, Aihuishou telah menjual lebih dari 26,1 juta barang bekas di platformnya dalam 12 bulan hingga akhir Maret.
Sementara Zhuanzhuan mengumpulkan sekitar US$550 juta pada paruh pertama tahun ini, menyelesaikan putaran pembiayaan terakhir sebesar US$100 juta bulan lalu yang dipimpin oleh pembuat smartphone China Xiaomi. Platform, yang didukung oleh perusahaan iklan baris online 58.com bersama dengan Tencent dan Xiaomi, memiliki 8,7 juta pembeli aktif dan 3,9 juta penjual aktif tahun lalu.
BACA JUGA:
Menurut sumber dari perusahaan itu, dengan memperdagangkan barang-barang bekas seperti smartphone, Zhuanzhuan telah menghindari emisi lebih dari satu juta ton gas rumah kaca dalam lima tahun terakhir. Bahkan menjual kembali smartphone bekas dapat membantu mengurangi hingga 52kg karbondioksida. .
Aplikasi fesyen bekas Vestiaire Collective mengubah decluttering menjadi bisnis bernilai miliaran dolar. Perusahaan berusia enam tahun itu juga berdagang peralatan rumah tangga bekas, furnitur, pakaian jadi, dan permainan. Setelah bergabung Mei lalu dengan Zhaoliangji, yang berarti "mencari ponsel bagus" dalam bahasa Cina, perusahaan kini lebih fokus pada ponsel bekas, komputer, dan produk elektronik konsumen.
Menurut laporan Shenwan Hongyuan Securities , Zhuanzhuan bersama dengan Idle Fish, telah mengumpulkan 90,9 persen pangsa pasar. Sementara menurut sebuah laporan yang dirilis pada Maret oleh Development Research Center of the State Council, Idle Fish sendiri telah membantu mencegah 24,9 juta ton emisi karbon pada 2019, setara dengan 11 persen jejak karbon sektor industri di provinsi Zhejiang pada 2017.
Platform mereka telah menarik sekitar 300 juta pengguna per April, dan telah mendaur ulang sekitar 50.000 ton pakaian, 23,7 juta buku, 3,66 juta ponsel, dan 1,45 juta peralatan rumah tangga selama empat tahun terakhir. Zhuanzhuan yang juga didukung Tencent kini telah menghindarkan emisi lebih dari satu juta ton gas rumah kaca dalam lima tahun terakhir.
Berkat kreativitas dan teknologi yang dimiliki China, terbukti bahwa persoalan emisi gas karbon yang Menghantui negara industri maju, kini bisa dihindari, bahkan bisa menjadi bisnis yang menguntungkan lewat daur ulang barang bekas.