JAKARTA – Grab Indonesia membagikan laporan SEA Travel Insight 2024 belum lama ini. Dalam laporan tersebut, tercatat bahwa adopsi teknologi perjalanan terus meningkat di Asia Tenggara, khususnya di Indonesia.
Roy Nugroho, Director of Grab For Business Grab Indonesia, mengatakan bahwa Indonesia menjadi negara dengan tingkat adopsi teknologi perjalanan tertinggi di Asia Tenggara. Sekitar 93 persen wisatawan menggunakan solusi digital dalam perjalanan mereka.
Menurut Roy, tren adopsi teknologi ini meningkat di Tanah Air karena populasi generasi muda yang melek terhadap teknologi. Salah satu bukti tingginya pemanfaatan teknologi dalam perjalanan adalah penggunaan Grab yang tumbuh hingga 55 persen.
Hal ini menunjukkan bahwa perangkat seluler, khususnya aplikasi penyedia jasa transportasi dan kuliner, lebih diandalkan selama masyarakat bepergian. Pasalnya, teknologi seperti ini lebih dapat diandalkan secara real-time.
"Data menunjukkan bahwa setiap 1 dari 2 wisatawan menggunakan aplikasi Grab saat bepergian di Asia Tenggara, bahkan di Indonesia," kata Roy kepada VOI. "Tren ini menegaskan preferensi konsumen Indonesia terhadap perangkat seluler dalam perjalanan."
Selain dukungan aplikasi secara real-time, studi Grab pun menunjukkan bahwa wisatawan di Asia Tenggara cenderung mengandalkan Artificial Intelligence (AI), Virtual Reality (VR), dan Augmented Reality (AR) dalam perjalanan liburan mereka.
Namun, AR merupakan teknologi yang paling sering digunakan. AR digunakan oleh 73 persen wisatawan di Asia Tenggara untuk membantu memvisualisasikan destinasi perjalanan mereka. Dengan begitu, mereka bisa mendapatkan gambaran yang lebih jelas mengenai lokasi yang akan dituju.
Penggunaan AI dan VR juga diklaim tidak kalah populer. Menurut penjelasan Roy, AI menempati posisi kedua dengan penggunaan sebesar 65 persen. Biasanya, teknologi ini dibutuhkan untuk merekomendasikan perjalanan yang lebih personal.
Ini merupakan data yang menarik karena AI lebih sering dibicarakan dibandingkan AR, tetapi data Grab menunjukkan hal yang sebaliknya. Sementara itu, adopsi VR selama perjalanan menempati posisi terakhir dengan tingkat adopsi sebesar 64 persen.
BACA JUGA:
"Beragamnya tingkat adopsi ini menunjukkan peluang bagi industri perjalanan dan perhotelan untuk terus mengembangkan teknologi mereka, khususnya di Indonesia, agar tetap relevan dengan preferensi wisatawan yang terus berkembang di kawasan ini," jelas Roy.
Roy meyakini bahwa tingkat adopsi teknologi perjalanan yang tinggi ini dapat membuka peluang bisnis di bidang travel maupun perhotelan. Dengan begitu, brand perlu menawarkan solusi yang lebih inovatif, aman, serta personal untuk menjangkau wisatawan yang digital-savvy.
Sejalan dengan meningkatkan penggunaan teknologinya dalam perjalanan, Grab meluncurkan Pusat Keamanan dan Keselamatan untuk Wisatawan. Di Pusat bantuan tersebut, pengguna akan mendapatkan informasi penting seperti kontak darurat, alamat kantor polisi dan kedutaan, daftar rumah sakit, hingga telepon khusus untuk melaporkan kejahatan seksual.
Seluruh layanan ini dapat diakses langsung di aplikasi Grab dan tersedia dalam beberapa bahasa, yakni bahasa Indonesia, Inggris, Mandarin, dan Korea. Untuk saat ini, halaman tersebut bisa diakses di Bali, Jakarta, Yogyakarta, Labuan Bajo, Medan, Batam, Surabaya, Bandung, Lombok, dan Manado.
"Keamanan, keselamatan, kenyamanan Penumpang dan Mitra Pengemudi adalah prioritas utama Grab. Untuk terus meningkatkan rasa aman, Grab terus memperbarui dan mengembangkan lebih dari 20 fitur keamanan, termasuk AudioProtect dan Trip Monitoring," ucap Roy.