Bagikan:

JAKARTA – TikTok mengalami perubahan setelah ditutup sehari pada 19 Januari 2025, menurut sejumlah penduduk AS. Keluhan ini muncul karena aktivitas pengguna terasa lebih dibatasi dibandingkan sebelumnya.

Bahkan, muncul dugaan bahwa mereka disensor oleh TikTok. Hal ini terjadi karena pengguna melihat lebih sedikit konten siaran langsung. Pengguna TikTok di AS juga menyadari bahwa aktivitas mereka lebih banyak dihapus dibandingkan sebelumnya.

Penghapusan aktivitas ini terjadi karena dugaan pelanggaran pedoman komunitas. Bahkan, tindakan yang sebelumnya diperbolehkan menjadi hal yang sering dilarang setelah TikTok beroperasi kembali.

Beberapa pengguna juga mengatakan bahwa mereka kini melihat lebih banyak konten yang dimoderasi, misalnya hasil pencarian yang lebih terbatas serta peringatan tentang misinformasi. TikTok akan meminta penggunanya untuk memeriksa sumber konten terlebih dahulu.

Selain itu, muncul juga laporan bahwa TikTok menghapus komentar dengan frasa seperti 'Bebaskan Palestina' atau 'Bebaskan Luigi'. Frasa kedua mengarah ke Luigi Mangione, orang yang dituduh membunuh eksekutif UnitedHealth.

TikTok tampaknya menyadari bahwa aplikasinya mengalami sedikit perubahan. Meski beberapa pihak merasa bahwa tindakan mereka dibatasi, TikTok mengatakan kepada Reuters bahwa, "Kebijakan dan algoritma kami tidak berubah selama akhir pekan."

Perusahaan itu pun menjelaskan bahwa mereka ingin membuat aplikasinya tetap bekerja seperti biasa, tanpa masalah dan tetap stabil.

Untuk saat ini, TikTok masih berupaya memulihkan operasinya di tengah larangan penyedia layanan yang belum teratasi.

"Kami bekerja keras untuk memulihkan operasi kami di AS kembali normal dan memperkirakan akan ada ketidakstabilan sementara saat kami memulihkan layanan kami, yang dapat memengaruhi fitur TikTok atau akses pengguna ke aplikasi."