Bagikan:

JAKARTA – Badan Kelautan dan Atmosfer Nasional (NOAA) mempelajari banyak hal untuk mencegah dan memperingatkan bahaya bencana alam bagi masyarakat AS. Salah satu yang dipelajari adalah potensi tsunami.

NOAA menggunakan basis data tsunami dunia berdasarkan historis dan lokasinya dari tahun 2000 SM hingga saat ini. Kumpulan data ini tersedia di antarmuka Hazardous Event Lookup (HazEL) yang dikembangkan oleh Pusat Informasi Nasional (NCEI) NOAA.

Pada 26 Desember lalu, seluruh dunia memperingati gempa bumi terbesar ketiga yang tercatat di dunia sejak tahun 1900. Gempa ini terjadi di Pulau Sumatra dan menyebabkan tsunami di Aceh, yang kemudian menyebar di seluruh Samudra Hindia.

Tsunami ini menghantam garis pantai 17 negara di Asia Tenggara dan Selatan serta Afrika Timur dan Selatan. Lebih dari seperempat juta orang menjadi korban dan tsunami Aceh ini menyebabkan kerugian sebesar 13 miliar dolar AS (Rp211 triliun).

Berkaca dari peristiwa ini, NOAA berusaha meningkatkan kemampuan deteksi bencana dan kesiapsiagaan tsunami. Lembaga tersebut telah meningkatkan stasiun ketinggian air pesisir menjadi 188 untuk mendukung operasi peringatan tsunami.

NOAA juga meningkatkan jaringan seismografi global dengan 100 persen data seismik secara real-time, mengembangkan model peramalan untuk memperkirakan waktu kedatangan tsunami, memulai program TsunamiReady, dan masih banyak lagi.

Menurut NOAA, tsunami dapat menyerang pantai dan wilayah AS mana pun kapan saja. Wilayah yang paling berpotensi adalah cekungan Samudra Pasifik dan Laut Karibia. Dengan begitu, alat pemantauan tsunami ditingkatkan di wilayah tersebut.

Berdasarkan Global Historical Tsunami Database sekitar tahun 1900 hingga 2015, 754 tsunami terjadi dengan persentase 78 persen di Samudra Pasifik dan 5 persen di Samudra Hindia. Persentase tsunami tertinggi terjadi di Jepang dan Indonesia.

Melihat data ini, besar kemungkinan wilayah AS akan terkena tsunami sehingga pencegahan perlu dilakukan secara berkala untuk melindungi masyarakat dan mencegah kerugian negara. Pasalnya, AS selalu mengalami tsunami dua kali dalam satu dekade.

Sejauh ini, NOAA memiliki dua pusat peringatan tsunami di AS yang beroperasi selama 24 jam sehari dan 7 hari seminggu untuk memantau dan memberi peringatan tsunami yang diakibatkan gempa bumi. Alat ini juga dipantau secara langsung oleh ilmuwan.