JAKARTA - Dua mahasiswa telah mengubah kacamata pintar Ray-Ban Meta menjadi alat penguntit yang mengerikan dengan menambahkan teknologi pengenalan wajah. Mereka berhasil menunjukkan bagaimana perangkat ini bisa mengidentifikasi wajah dan menghubungkannya dengan informasi pribadi seperti nama, nomor telepon, alamat, hingga anggota keluarga.
Ray-Ban Meta smart glasses merupakan teknologi canggih yang mampu melakukan livestream dan menggunakan AI milik Meta. Namun, bukan teknologinya yang menjadi sorotan, melainkan karena kacamata ini tampak seperti kacamata hitam biasa, membuatnya sulit dikenali sebagai perangkat teknologi tinggi. Dua mahasiswa, AnhPhu Nguyen dan Caine Ardayfio, mengembangkan aplikasi bernama I-XRAY untuk menyoroti potensi berbahaya dari kacamata ini.
Are we ready for a world where our data is exposed at a glance? @CaineArdayfio and I offer an answer to protect yourself here:https://t.co/LhxModhDpk pic.twitter.com/Oo35TxBNtD
— AnhPhu Nguyen (@AnhPhuNguyen1) September 30, 2024
Aplikasi I-XRAY menggunakan kemampuan livestream kacamata ke Instagram, lalu sebuah program komputer memantau aliran tersebut dan menggunakan AI untuk mengenali wajah. Foto-foto yang diambil kemudian dicocokkan dengan database publik untuk menemukan informasi pribadi yang relevan. Hasilnya, pengguna bisa melihat informasi detail tentang orang-orang yang dikenali oleh aplikasi tersebut.
BACA JUGA:
Meski teknologi pengenalan wajah bukan hal baru, penggunaan teknologi ini dalam produk konsumen yang tersedia secara luas seperti kacamata Ray-Ban Meta membawa tantangan baru. Kacamata ini sangat sulit dikenali oleh orang awam sebagai perangkat perekam, sehingga kebanyakan orang mungkin tidak menyadari bahwa mereka sedang direkam.
Beruntung, Nguyen dan Ardayfio tidak berencana merilis aplikasi ini untuk publik. Mereka menjelaskan bahwa tujuan dari proyek ini adalah untuk meningkatkan kesadaran akan potensi risiko privasi, bukan untuk disalahgunakan. Mereka ingin menekankan bahwa "mengambil informasi pribadi seperti alamat rumah hanya dari wajah seseorang di jalanan kini mungkin dilakukan."
Dengan meningkatnya kekhawatiran terhadap privasi, kasus ini mengingatkan kita akan potensi risiko dari teknologi yang semakin tersembunyi dalam keseharian kita.