JAKARTA - Setelah sempat mengalami kenaikan san bertengger di level lebih dari 64.000 dolar AS (Rp976 juta), harga Bitcoin selama tiga hari terakhir kembali turun ke level 61.000 dolar AS atau sekitar Rp931 juta.
Financial Expert Ajaib Kripto, Panji Yudha mengatakan bahwa penurunan ini dipicu oleh pernyataan Ketua The Fed, Jerome Powell pada Senin, 30 September terkait pemotongan suku bunga yang akan datang membuat beberapa investor cemas.
Selain itu, Panji menambahkan, meningkatnya ketegangan di Timur Tengah juga menurunkan selera risiko investor saat bulan dan kuartal baru dimulai, setelah Iran meluncurkan serangan rudal balistik ke Israel telah memicu ketidakpastian di pasar.
Dari sisi teknikal, Panji menjelaskan, jika BTC dapat bertahan di atas support 60.000 dolar AS (Rp915 juta), maka ada potensi kembali naik ke sekitar 62.500 dolar AS (Rp954 juta) dan resistance 64.000 dolar AS (Rp976 juta).
“Sementara, jika terjadi penurunan dibawah 60.000 dolar AS (Rp915 juta), maka BTC potensi lanjut melemah ke support selanjutnya di sekitar 57.000 dolar AS (Rp870 juta),” jelas Panji dalam keterangan tertulisnya.
Meskipun demikian, ia mengungkapkan bahwa September 2024 menjadi bulan yang bersejarah bagi Bitcoin, di mana aset kripto ini mencetak kenaikan sebesar 7,35 perse , mencatatkan rekor penutupan paling positif sejak 2013 atau dalam satu dekade terakhir.
BACA JUGA:
Salah satu faktor kunci yang mendukung performa positif Bitcoin di bulan September adalah lonjakan inflow dari institusi ke ETF spot Bitcoin, yang melonjak dari 397,20 juta dolar AS di pekan sebelumnya menjadi 1,11 miliar dolar AS pada pekan lalu.
“Hal ini menandakan peningkatan kepercayaan dari investor besar terhadap prospek Bitcoin, yang menjadi sinyal bullish menjelang memasuki kuartal keempat,” pungkasya.
Memasuki kuartal keempat, Panji menyebut para trader Bitcoin tetap optimis, meskipun mengalami awal yang sulit di bulan September, Bitcoin berhasil bangkit setelah pemotongan suku bunga oleh Fed.