JAKARTA - HP Inc. merilis sebuah studi komprehensif tahunan keduanya “HP Work Relationship Index (WRI)” yang mengungkapkan tentang hubungan pekerja di dunia dengan pekerjaannya.
Berdasarkan studi yang dilakukan terhadap 15.600 responden lintas industri di 12 negara berbeda termasuk Indonesia, menunjukkan bahwa hanya 28 persen pekerja intelektual global yang memiliki hubungan yang sehat dengan pekerjaannya. Di Indonesia sendiri ada 44 persen yang mengaku demikian.
Namun, temuan baru ini menunjukkan dua solusi potensial untuk meningkatkan hubungan pekerja dengan pekerjaannya, yakni teknologi Artificial Intelligence (AI) dan pengalaman kerja yang dipersonalisasi.
Jika berbicara tentang AI, studi ini menyebutkan penggunaan AI di kalangan pekerja intelektual global telah melonjak menjadi 66 persen pada tahun 2024, naik dari 38 persen pada tahun lalu.
Sementara 87 persen pekerja intelektual Indonesia kini menggunakan AI di tempat kerja. Pekerja yang menggunakan AI juga mengaku telah merasakan manfaat AI, termasuk hubungan yang lebih sehat dengan pekerjaan.
Lebih lanjut, 73 persen pekerja global intelektual merasa AI membuat pekerjaan mereka lebih mudah, dan 69 persen menyesuaikan penggunaan AI mereka agar lebih produktif. Sedangkan di Indonesia, 92 persen pekerja mempunyai pandangan yang sama, dan 83 persen di antaranya menyesuaikan penggunaan AI agar lebih produktif.
BACA JUGA:
60 persen pekerja intelektual global dan 64 persen pekerja intelektual Indonesia juga menyatakan bahwa AI memainkan peran penting dalam meningkatkan keseimbangan kehidupan kerja mereka.
Dan ada sebanyak 68 persen pekerja intelektual global dan 86 persen pekerja intelektual Indonesia yang mengatakan kehadiran AI ini membuka peluang baru bagi mereka untuk menikmati pekerjaan.
“Kami percaya bahwa teknologi pintar adalah kunci untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja saat ini,” kata Choon Teck Lim, Managing Director HP Indonesia dalam pernyataannya yang diterima pada Rabu, 25 September.