Bagikan:

JAKARTA - Dalam beberapa minggu terakhir, pasar kripto mengalami berbagai koreksi. Namun, stablecoin USDC menunjukkan lonjakan signifikan dalam net inflow ke bursa kripto terpusat. Hal ini bisa menjadi indikasi adanya pembelian strategis oleh para investor kripto yang memanfaatkan penurunan harga untuk membeli aset.

Menurut temuan terbaru dari Kepala Riset IntoTheBlock, Lucan Outumuro, net inflow USDC ke bursa kripto terpusat mencapai puncak tertinggi dalam setahun sebesar 228 juta Dolar AS atau sekitar Rp3,7 triliun pada 24 Juni 2024. Lonjakan ini menunjukkan bahwa para investor sedang mendepositokan stablecoin untuk memanfaatkan harga kripto yang lebih rendah.

Stablecoin telah mengalami pertumbuhan signifikan tahun ini. Di antara stablecoin tersebut, USDT tetap menjadi pemimpin, namun USDC yang didukung oleh Circle juga menunjukkan aktivitas yang cukup besar. Lonjakan deposito USDC ini bisa mengindikasikan bahwa para investor melihat adanya peluang untuk membeli aset dengan harga lebih murah di tengah koreksi pasar.

BACA JUGA:


Dikutip dari Crypto Potato, Co-founder CryptoQuant, Ki Young Ju, mengamati bahwa meskipun pasar stablecoin meningkat, rasio stablecoin terhadap pasar Bitcoin mencerminkan level tertinggi sepanjang masa sebelumnya. Rasio cadangan bursa juga menunjukkan bahwa stablecoin telah digunakan sebagai likuiditas sisi beli, yang berarti stablecoin mungkin tidak akan mendorong kenaikan pasar berikutnya tanpa adanya aliran baru.

Meskipun Bitcoin telah naik hampir 103% selama setahun terakhir, trajektorinya selama sebulan terakhir cukup mengecewakan. Setelah beberapa koreksi, aset kripto ini diperdagangkan mendekati 61.400 Dolar AS atau sekitar Rp1 miliar. Namun, penting untuk memahami bahwa penurunan ini bisa menawarkan peluang pembelian jangka panjang yang unik bagi para pelaku pasar.

Ada beberapa indikasi pemulihan, termasuk inflow minor sebesar 31 juta Dolar AS atau sekitar Rp508 miliar dalam ETF Bitcoin spot AS, yang membalikkan tren outflow selama seminggu.