Bagikan:

JAKARTA - Pepe Coin (PEPE) menarik perhatian dengan kenaikan harga yang mencolok sebesar 12% dalam 24 jam terakhir, sebuah fenomena yang menonjol di tengah penurunan umum pasar. Koin meme yang mengambil inspirasi dari gambar katak populer ini telah menunjukkan ketahanan yang luar biasa, dengan harga saat ini berada di 0,00001355 Dolar AS (sekitar Rp0,22), dan kapitalisasi pasar yang mengesankan sebesar 5,7 miliar Dolar AS (sekitar Rp92,7 triliun).

Kenaikan harga PEPE ini terjadi setelah periode penurunan yang signifikan, di mana koin ini sempat mencapai puncaknya pada Mei dengan harga tertinggi sepanjang masa di 0.00001718 Dolar AS (sekitar Rp0,28), sebelum turun ke level terendah 0.00001168 Dolar AS (sekitar Rp0,19). Namun, penurunan harga bukanlah hal baru bagi PEPE; koin ini dikenal dengan kemampuannya untuk pulih dengan cepat dan memberikan hasil yang signifikan bagi para investor.

BACA JUGA:


Faktor-Faktor yang Mendorong Kenaikan

Menurut informasi CoinGape, peningkatan aktivitas jaringan dan lonjakan volume perdagangan sebesar 23% menjadi faktor utama di balik kenaikan harga PEPE. Volume perdagangan saat ini mencapai 1,42 miliar Dolar AS (sekitar Rp23 triliun), naik drastis dari nilai sebelumnya sebesar 714 juta Dolar AS (sekitar Rp11,6 triliun). Bursa kripto seperti OKX dan Bitget menjadi kontributor utama, dengan volume perdagangan masing-masing sebesar 915 juta Dolar AS (sekitar Rp14,8 triliun) dan 618 juta Dolar AS (sekitar Rp10 triliun).

Tingkat Open Interest juga mengalami peningkatan sebesar 4,06%, mencapai 140,63 juta Dolar AS (sekitar Rp2,2 triliun), menandakan peningkatan partisipasi dalam perdagangan futures dan opsi PEPE. Sementara itu, pengumuman data Indeks Harga Konsumen (CPI) yang menunjukkan penurunan ke 3,3% memberikan dorongan bullish bagi pasar kripto secara keseluruhan.

Para analis memperkirakan bahwa PEPE berada dalam zona bullish, dengan pola channel-up yang dapat mendorong harga lebih tinggi lagi. Jika tren ini berlanjut, harga PEPE bisa naik hingga 0,000017 Dolar AS (sekitar Rp0,28), setelah lonjakan 50% pada akhir bulan ini. Faktor teknikal dan rata-rata pergerakan mendukung pandangan ini, dengan strategi “buy the dip” yang populer di kalangan investor. Indeks Kekuatan Relatif (RSI) yang berada di angka 6,5 menunjukkan zona beli yang kuat, yang dapat menyebabkan kenaikan lebih lanjut.