Bagikan:

JAKARTA -  Truth Social, platform media sosial milik Donald Trump, mengumumkan bahwa mereka telah bekerja sama dengan penyelidikan yang dilakukan oleh Financial Industry Regulatory Authority (FINRA) terkait merger blank-check mereka.

Penyidikan ini terutama difokuskan pada perdagangan saham sebelum pengumuman kesepakatan dengan Digital World Acquisition Corp, namun Trump Media and Technology Group (TMTG) menegaskan bahwa hal ini tidak boleh dianggap sebagai indikasi adanya kesalahan.

Sejak go public, perjalanan TMTG cukup bergejolak. Dukungan besar dari pendukung Trump dan para spekulan mendorong harga saham perusahaan naik hingga 59% pada debutnya di Nasdaq tanggal 26 Maret lalu. Namun, saham perusahaan kemudian mengalami penurunan, sehingga nilai pasar perusahaan saat ini hampir mencapai  7 miliar dolar AS (Rp112,2 triliun).

Mantan Presiden AS, Trump, yang saat ini mencalonkan diri sebagai kandidat dari Partai Republik dalam pemilihan presiden 5 November mendatang, memegang mayoritas saham di TMTG. Trump sendiri merupakan pengguna aktif Truth Social, yang memposisikan diri sebagai platform yang mendukung kebebasan berbicara.

TMTG sebelumnya menunda laporan kuartalannya minggu lalu setelah memutuskan hubungan dengan auditor mereka, BF Borgers, yang baru-baru ini dituduh oleh Securities and Exchange Commission (SEC) melakukan "penipuan besar". Pada Senin, 20 Mei, perusahaan melaporkan pendapatan mereka dengan mengungkapkan kerugian yang lebih besar di kuartal pertama akibat beberapa biaya non-tunai yang dikeluarkan sebelum penutupan merger.

Kerugian bersih untuk tiga bulan yang berakhir pada 31 Maret mencapai 327,6 juta dolar AS (Rp5,2 triliun), jauh lebih besar dibandingkan kerugian 210.300 dolar AS (Rp3,3 miliar) pada periode yang sama tahun sebelumnya. "Sebagian besar biaya terkait merger telah diselesaikan," kata CEO TMTG Devin Nunes dalam sebuah pernyataan. Perusahaan juga mengungkapkan bahwa mayoritas besar dari 621.000 pemegang saham mereka adalah investor ritel per 29 April.