Bagikan:

JAKARTA - Meskipun banyak sekali kemudahan yang ditawarkan kepada pengguna melalui belanja online, namun masih banyak kerentanan yang tersembunyi di balik kenyamanan tersebut.

Misalnya, jebakan penjahat siber dapat ditemukan dengan mudah melalui pesan phishing, mulai dari tautan online mencurigakan yang mungkin Anda klik atau lampiran tak terduga yang berisi malware, kode QR palsu, penipuan akun toko online, dan lain-lain.

Permintaan belanja online yang masih tinggi saat ini turut sejalan dengan tren phishing yang terjadi. Menurut perusahaan keamanan siber global Kaspersky, tahun lalu, halaman phishing yang meniru portal internet global (16,46 persen) kembali menempati posisi teratas berdasarkan jumlah upaya pengalihan tautan.

Selanjutnya, pengguna layanan web (web services) juga menjadi sasaran pelaku ancaman peniruan dengan persentase sebesar 14,66 persen.

Kemudian diikuti dengan 12,22 persen serangan phishing menargetkan pengguna toko online.

General Manager Asia Tenggara di Kaspersky, Yeo Siang Tiong mengatakan, banyaknya pemalsuan toko online ini dipicu oleh masih besarnya pelanggan yang aktif secara digital, namun kurang memiliki kesadaran akan risiko siber paling sederhana seperti phishing dan spam.

“Karena belanja online dan pembayaran elektronik menjadi bagian penting dari aktivitas sehari-hari, kami menghimbau masyarakat Indonesia untuk waspada terutama terhadap pengumuman penjualan yang disampaikan melalui email, pesan teks, postingan media sosial, atau bahkan panggilan telepon, cermati secara detail sebelum mengklik,” tambah Yeo.

Meskipun ancaman bisa datang dari mana saja, namun Yeo menambahkan,

"kita dapat melindungi diri kita dengan kewaspadaan dan solusi keamanan kuat yang terpasang di perangkat," pungkasnya.