Bagikan:

JAKARTA - Apple Inc telah memperingatkan pengguna di India dan 91 negara lain bahwa mereka kemungkinan menjadi korban serangan "spyware mercenary," dengan menghapus kata "didukung negara" yang digunakan dalam peringatan sebelumnya untuk merujuk pada serangan malware tersebut.

Apple menemukan bahwa para penyerang mencoba "mengambil alih iPhone secara remote," demikian dikatakan dalam email pemberitahuan yang dikirimkan kepada para pengguna.

Perusahaan asal Cupertino AS ini sebelumnya telah mengatakan di situs webnya bahwa pemberitahuan ancamannya dirancang untuk menginformasikan dan membantu pengguna yang mungkin menjadi target oleh "penyerang yang didukung negara."

Namun, pembaruan terbaru Apple yang diposting di situs web pada Rabu 10 April menyatakan bahwa pemberitahuan ancaman tersebut dirancang untuk membantu pengguna "yang mungkin secara individu menjadi target serangan spyware mercenary."

Juga dicatat bahwa serangan seperti itu secara historis terkait dengan pelaku negara, termasuk perusahaan swasta yang mengembangkan spyware mercenary atas nama mereka, seperti spyware Pegasus dari perusahaan Israel, NSO Group.

Penghapusan istilah "didukung negara" dari deskripsi pemberitahuan ancaman Apple muncul setelah perusahaan itu berulang kali mendapat tekanan dari pemerintah India untuk tidak mengaitkan pelanggaran tersebut dengan pelaku negara, menurut sebuah sumber dengan pengetahuan langsung.

Politisi oposisi India menuduh pemerintah Perdana Menteri Narendra Modi mencoba meretas ponsel mereka setelah pesan Apple pada bulan Oktober yang memperingatkan serangan "didukung negara."

Apple telah melakukan pembicaraan yang luas dengan pejabat India sebelum merilis serangkaian pemberitahuan terbaru, tambah sumber tersebut. Belum jelas apakah pemerintah lain juga telah mengajukan kekhawatiran serupa.

Serangan spyware mercenary jarang terjadi dan jauh lebih canggih daripada aktivitas kriminal daring atau malware biasa, menurut email pemberitahuan tersebut.

Apple telah mengirimkan pemberitahuan ancaman seperti ini beberapa kali dalam setahun sejak 2021, kata email pemberitahuan tersebut. Apple menambahkan bahwa hingga saat ini telah memberitahukan pengguna di lebih dari 150 negara.