Bagikan:

JAKARTA - Di era digital ini, teknologi blockchain menjanjikan pembaruan dalam sistem keuangan. Teknologi revolusioner ini mendasari aset kripto, NFT, dan berbagai aplikasi terdesentralisasi (dApps) yang menawarkan alternatif dari sistem keuangan tradisional. Akantetapi, di balik gemerlap dan kecanggihan teknologinya, terdapat ancaman tersembunyi yang kerap menghantui para pengembang blockchain yaitu network congestion atau kepadatan jaringan.

Pengertian Network Congestion

Network congestion dapat diumpamakan dengan cara yang sederhana. Bayangkan blockchain seperti jalan raya dan transaksi seperti kendaraan yang melintas di atasnya. Ketika volume mobil meningkat, jalan raya bisa menjadi padat dan macet. Rupanya kondisi ini juga berlaku pada blockchain. 

Kepadatan jaringan terjadi ketika ada lebih banyak transaksi yang harus diproses daripada yang dapat ditangani oleh blockchain. Transaksi menumpuk di mempool (memory pool),  Mempool berfungsi sebagai pintu gerbang ke blockchain dan merupakan tempat penyimpanan sementara untuk berbagai transaksi yang menunggu untuk divalidasi dan dimasukkan ke dalam blok, hal ini serupa dengan antrean panjang di gerbang tol.

Penyebab Network Congestion

Beberapa faktor yang dapat menyebabkan kepadatan jaringan blockchain antara lain melonjaknya volume transaksi, masalah skalabilitas, dan latensi serta bandwith jaringan. Berikut ini keterangan lebih lanjut terkait penyebab terjadinya kemacetan jaringan:

Lonjakan Volume Transaksi 

Semakin banyak pengguna yang bergabung dengan jaringan dan melakukan transaksi, semakin tinggi pula beban transaksional pada jaringan. Hal ini terlihat jelas saat peluncuran proyek baru yang menarik banyak minat, seperti Bitcoin Ordinals yang membebani jaringan Bitcoin.

Keterbatasan Skalabilitas 

Blockchain memiliki batasan dalam hal kecepatan dan jumlah transaksi yang dapat diproses. Contohnya, Bitcoin hanya mampu menangani 7 transaksi per detik karena batasan ukuran bloknya.

Latensi dan Bandwidth Jaringan 

Keterlambatan dalam menyebarkan transaksi antar node dan bandwidth jaringan yang terbatas memperlambat proses validasi transaksi, memperparah situasi kepadatan.

BACA JUGA:


Dampak Negatif Kepadatan Jaringan

Kepadatan jaringan blockchain membawa konsekuensi yang tidak menyenangkan bagi pengguna. Mereka terpaksa harus menunggu berjam-jam hingga berhari-hari sampai transaksi mereka diproses. Tentu saja ini menimbulkan ketidaknyamanan di kalangan pengguna kripto yang biasa membeli aset digital dengan menggunakan wallet pribadi di platform bursa terdesentralisasi alias DEX (Decentralized Exchange).

Waktu Tunggu yang Lama 

Transaksi membutuhkan waktu lama untuk diproses, bisa berjam-jam bahkan berhari-hari, membuat pengguna frustrasi dan menghambat aktivitas ekonomi.

Biaya Transaksi Tinggi 

Ketika jaringan padat, pengguna terpaksa meningkatkan biaya transaksi agar transaksi mereka diprioritaskan. Hal ini dapat membebani pengguna, terutama bagi mereka yang melakukan transaksi kecil.

Ketersediaan Terganggu 

Blockchain bisa macet dan tidak dapat memproses transaksi sama sekali, membuat pengguna tidak dapat mengakses dApps dan layanan keuangan terdesentralisasi.

Risiko Keamanan Meningkat 

Transaksi yang tertunda di mempool rentan terhadap serangan pengeluaran ganda alias double spending, di mana penjahat dapat memanipulasi transaksi dan menipu pengguna.

Contoh Kepadatan Jaringan 

Pada Mei 2022, Yuga Labs meluncurkan penjualan tanah digital yang sangat dinantikan sebagai bagian dari inisiatif “Otherside” metaverse mereka. Meskipun penjualan tersebut menghasilkan sekitar $285 juta (sekitar Rp 4,1 triliun), ini juga menyebabkan beberapa gas fee melonjak seperti yang pernah terlihat di jaringan Ethereum, dengan biaya transaksi total lebih dari $176 juta (sekitar Rp 2,5 triliun).

Tidak hanya itu, masalah kemacetan jaringan juga pernah dialami oleh Bitcoin dan Ethereum pada tahun 2017. Saat itu, karena permintaan terhadap BTC meningkat hingga menyebabkan kepadatan jaringan, biaya transaksi jaringan turut melonjak hingga 50 dolar AS.

Kesimpulan

Demikianlah pengertian singkat tentang Network Congestion atau kepadatan jaringan blockchain yang memberikan dampak tersendiri kepada para pengguna kripto. Meski begitu, hal ini bukan tanpa solusi. Menurut CoinMarketCap, solusi untuk permasalahan kemacetan jaringan adalah dengan memanfaatkan protokol layer 2 dan melakukan sharding atau memecah jaringan menjadi bagian terkecil supaya bisa memproses transaksi secara paralel. Ini dinilai dapat meningkatkan aliran transaksi lebih lancar dan tidak mengalami kemacetan lagi.