JAKARTA - Banyak orang menantikan halving bitcoin yang akan terjadi pada bulan April. Halving Bitcoin yang terjadi setiap empat tahun sekali ini berfungsi untuk mengontrol peredaran Bitcoin di pasar. Meski begitu, tidak sedikut yang meragukan halving Bitcoin termasuk Peter Schiff.
Peter Schiff, investor emas yang juga dikenal sebagai kritikus mata uang digital, kembali mengungkapkan keraguan. Schiff berpendapat bahwa halving—proses pemotongan hadiah penambangan Bitcoin menjadi separuh—hanyalah sebuah hype yang berlebihan. Menurutnya, hal ini tidak lebih dari pengurangan laju pertumbuhan pasokan Bitcoin baru, bukan pasokan yang telah ada.
Spekulasi mengenai dampak signifikan halving terhadap lonjakan harga Bitcoin terus berkembang, terutama karena lebih dari 90% total pasokan Bitcoin telah beredar. Halving Bitcoin, yang dijadwalkan berlangsung pada 19 April, merupakan peristiwa krusial yang terjadi setiap empat tahun sekali. Proses ini akan memangkas hadiah penambang dari 6.25 menjadi 3.125 Bitcoin per blok, sebagai upaya untuk menciptakan kelangkaan serupa dengan sumber daya alam seperti emas dan mengontrol inflasi.
Dengan hitungan mundur yang kini tinggal 36 hari, para penggemar dan investor dengan seksama memperhatikan dampak yang mungkin terjadi terhadap harga Bitcoin, yang saat ini berada di atas $72.000 (sekitar Rp1.121.400.000).
BACA JUGA:
Schiff Menyangkal Dampak Positif Halving Bitcoin
Schiff secara konsisten menyangkal dampak positif yang diharapkan dari halving Bitcoin. Ia mencatat tren bearish pada harga Bitcoin menjelang halving Mei 2020, meskipun kondisi keuangan global saat itu dinilai mendukung Bitcoin. Schiff meragukan bahwa halving akan secara otomatis berujung pada kenaikan harga.
Namun, kritik Schiff tidak terbukti ketika Bitcoin mencapai puncak harga tertinggi baru di akhir tahun 2020 dan mengalami kenaikan signifikan di awal tahun 2021.
Di tengah keraguan Schiff, beberapa analis tetap optimistis tentang prospek Bitcoin pasca-halving. Dilansir U.today, Bernstein, firma manajemen aset global, memprediksi harga Bitcoin dapat mencapai 150.000 dolar AS (sekitar Rp2.336.250.000), dengan menyoroti tren pasar yang bullish dan halving sebagai faktor utama.
Optimisme ini juga didukung oleh arus masuk yang signifikan ke Bitcoin, dengan investasi besar dalam ETF Bitcoin yang menandakan minat institusi yang terus tumbuh. Analisis Bernstein, yang berlandaskan pada data historis dan margin keuntungan bagi penambang, menunjukkan bahwa situasi pasar mungkin berpihak pada tren bullish.