Bagikan:

JAKARTA - Chairman Indonesia Cyber Security Forum Ardi Sutedja menilai transaksi pembayaran menggunakan QR Code rawan dibobol oleh peretas. Karenanya, masyarakat diimbau lebih berhati-hati saat bertransaksi menggunakan QR Code.

Sebelumnya diberitakan, seorang nasabah BCA mengaku kehilangan uang Rp 68,5 juta dari rekening tabungannya melalui transaksi QR Code atau Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) di mobile banking BCA. Padahal, dirinya mengaku tidak menggunakan uang tersebut.

"Belum pernah ada yang membuktikan penggunaan QR Code itu aman. Dari awal saya mengatakan QR Code itu memiliki kerawanan,” kata Ardi dalam keteranganya, Minggu 19 November.

Dikatakan Ardi, efisiensi QR Code yang mudah disalin ke handphone, justru memberikan dampak berbahaya bagi si pengguna.

“Misalnya juga seperti QR Code di Whatsapp yang mudah disalin dengan handphone orang lain. Kita bisa mantau kegiatan orang lain melalui QR Code. Artinya, kita bisa sadap,” ujarnya.

Belajar dari hal itu, Ardi berharap agar sektor perbankan dapat memberikan edukasi dan literasi kepada nasabah, sehingga kejadian tersebut tidak terulang kembali.

“Perbankan harus (memberikan) edukasi kepada nasabahnya. Sebagai nasabah, kita juga harus memiliki semacam budaya mengasah kepekaan terhadap resiko-resiko ini,” ujarnya.

Di luar negeri, kasus peretasan menggunakan QR Code juga pernah terjadi. Kejahatan ini dikenal dengan istilah QRishing. Di Singapura, seorang wanita berusia 60 tahun pernah kehilangan US$ 20.000 setelah dirinya memindai kode QR di salah satu gerai Bubble Tea.

QR Code tersebut dikira hanya sebuah survei, padahal ada malware di balik kode QR tersebut yang dapat menguasai perangkat korban dan menguras rekening yang ada di dalamnya.