JAKARTA - ByteDance, perusahaan induk TikTok, telah mengumumkan bahwa unit virtual reality (VR) mereka, Pico, akan menghadapi pemotongan pekerjaan dan restrukturisasi yang signifikan. Keputusan ini diambil karena permintaan global terhadap headset VR melemah.
Pada pertemuan internal, CEO Pico, Zhou Hongwei, mengungkapkan bahwa industri VR masih dalam tahap awal, dan perkembangan industri dan pasar tidak secepat yang diharapkan. Sebagai bagian dari restrukturisasi tersebut, tim perangkat keras Pico akan tetap dipertahankan, sementara sebagian besar tim perangkat lunak akan disatukan kembali ke tim pengembangan produk milik ByteDance.
Meskipun pertemuan tersebut tidak merinci jumlah pekerjaan yang akan dipotong, perkiraan menyebutkan bahwa "ratusan" staf di seluruh dunia akan terkena dampak. Pico mengumumkan bahwa restrukturisasi ini akan memungkinkan mereka lebih fokus pada pengembangan perangkat keras dan teknologi inti.
Akuisisi Pico oleh ByteDance pada tahun 2021 senilai lebih dari 1 miliar dolar AS (Rp15,6 triliun) dan dilihat sebagai upaya ByteDance untuk bersaing dengan lini headset VR milik Meta Platforms. Namun, permintaan headset VR mengalami penurunan, dengan pengiriman headset realitas tertambah (AR) dan VR turun dalam empat kuartal berturut-turut.
Situasi ini menciptakan tantangan bagi perusahaan teknologi yang berupaya mengikuti tren dalam industri VR yang terus berkembang. Meskipun Pico telah mencapai kesuksesan di dalam dan di luar China, ByteDance tampaknya telah mengurangi upaya untuk mengembangkan merek Pico dalam beberapa bulan terakhir.
Pemotongan pekerjaan dan restrukturisasi ini menandai langkah mundur untuk ByteDance setelah akuisisi Pico dan mencerminkan perubahan dalam pandangan perusahaan terhadap VR. Meskipun ada laporan yang mengindikasikan rencana pelan-pelan untuk mengurangi peran Pico, ByteDance tetap menyatakan komitmennya terhadap industri VR dalam jangka panjang.