JAKARTA - Raksasa teknologi asal China, Baidu, pada Selasa 17 Oktober memperkenalkan versi terbaru model kecerdasan buatan generatifnya, Ernie 4.0. CEO Baidu, Robin Li, memperkenalkan Ernie 4.0 dalam sebuah acara di Beijing, dengan fokus pada apa yang ia gambarkan sebagai kemampuan memori model ini. Li memperlihatkan Ernie 4.0 menulis sebuah novel seni bela diri secara real-time dan juga menciptakan poster dan video iklan.
Namun, para analis merasa kurang terkesan dengan peluncuran Ernie 4.0 ini. Menurut Lu Yanxia, seorang analis dari perusahaan konsultan industri IDC, peluncuran Ernie 4.0 tidak menunjukkan perubahan signifikan dibandingkan dengan versi sebelumnya. "Kita akan melihat peningkatan yang signifikan ketika Ernie 4.0 digunakan secara langsung, namun peningkatan konkretnya tidak terlihat segera," kata Lu dikutip dari Reuters.
Selain perkenalan Ernie 4.0, Baidu juga mengumumkan integrasi kecerdasan buatan generatif pada seluruh produknya, termasuk Baidu Drive dan Baidu Maps. Li memperlihatkan bagaimana Baidu Maps sekarang memungkinkan pengguna untuk mengakses berbagai fungsi dengan pertanyaan berbahasa alami yang didukung oleh Ernie, sedangkan sebelumnya pengguna harus mencari melalui ribuan pilihan.
Baidu, pemilik mesin pencari internet terbesar di China, berada di garis terdepan dalam pengembangan model kecerdasan buatan di China, mengikuti tren global dalam teknologi yang dipicu oleh pengenalan ChatGPT oleh OpenAI tahun lalu.
Perusahaan ini meluncurkan chatbot yang ditenagai oleh Ernie pada Maret, yang diberi nama ErnieBot, meskipun para investor merasa kecewa karena hanya ditunjukkan demonstrasi pra-rekaman.
Pada Agustus, Baidu termasuk di antara sejumlah perusahaan yang mendapatkan persetujuan pemerintah untuk merilis produk kecerdasan buatan ke publik. "Sejak dibuka untuk penggunaan publik, Ernie telah menarik 45 juta pengguna," kata Chief Technology Officer Baidu, Wang Haifeng, selama acara tersebut.
Data dari perusahaan sekuritas CLSA menunjukkan bahwa China sekarang memiliki setidaknya 130 model bahasa besar (LLM), yang mewakili 40% dari total global, hanya sedikit ketinggalan dari Amerika Serikat yang memiliki 50%.
Minggu lalu, Beijing menerbitkan persyaratan keamanan yang diusulkan untuk perusahaan yang menawarkan layanan yang ditenagai oleh teknologi ini, termasuk daftar hitam sumber daya yang tidak boleh digunakan untuk melatih model kecerdasan buatan.