Ethereum Disebut Tidak Lagi Terdesentralisasi Gara-gara Fitur <i>Staking</i>
Ethereum, aset kripto terbesar kedua setelah Bitcoin. (Foto; Dok. Unsplash)

Bagikan:

JAKARTA – Sejak kemampuan Ethereum ditingkatkan dalam upgrade Merge dan Shanghai, yang membuat Ethereum beralih dari proof-of-work (PoW) ke proof-of-stake (PoS), ekosistem staking Ethereum mengalami pertumbuhan pesat.

Di sisi lain, pertumbuhan ini juga membawa tantangan baru yang perlu diatasi, yaitu risiko sentralisasi. Para analis, dengan pemimpin Nikolaos Panigirtzoglou dari JPMorgan, telah mengungkapkan keprihatinan terkait sentralisasi dalam laporan terbaru mereka.

Sebagai informasi tambahan, staking ETH (Ethereum) adalah proses di mana pemegang Ether (mata uang kripto pada jaringan Ethereum) mengunci sejumlah Ether mereka dalam smart contract khusus sebagai jaminan untuk mendukung operasi jaringan. Dalam pertukaran atas kontribusi ini, mereka menerima imbalan berupa bunga atau hadiah dalam bentuk Ether tambahan sebagai hadiah karena turut membantu memvalidasi transakski dan mengamankan jaringan di blockchain Ethereum.

Hadirnya staking Ethereum setelah peningkatan The Merge telah mempercepat proses transaksi dan membuatnya lebih ekonomis. Tetapi, menurut analis JPMorgan, pertumbuhan ini justru mengakibatkan sentralisasi jaringan dan penurunan hasil staking secara keseluruhan. Hasil staking turun dari 7,3% menjadi 5,5%. Sentralisasi ini, menurut analis, terutama disebabkan oleh penyedia staking likuid seperti Lido.

Meskipun penyedia staking likuid seharusnya terdesentralisasi, kenyataannya menunjukkan sentralisasi yang tinggi. Lima penyedia teratas menguasai lebih dari 50% staking di jaringan Ethereum, dengan Lido menguasai hampir sepertiga staking. Situasi ini menimbulkan risiko karena entitas yang sangat terkonsentrasi dapat menjadi titik kegagalan tunggal yang rentan terhadap serangan dan gangguan.

Analisis JPMorgan juga mencatat bahwa ketika sentralisasi terjadi, entitas-entitas ini dapat berkolaborasi untuk membangun pasar oligopoli, yang dapat berdampak buruk pada komunitas kripto yang lebih luas. Ada potensi penyensoran transaksi atau pengambilan keuntungan yang tidak adil dari transaksi pengguna akhir.

Selain risiko sentralisasi, Ethereum juga menghadapi kritik terkait pertumbuhan aktivitas jaringan yang kurang memuaskan. Meskipun konsumsi energi jaringan Ethereum telah turun drastis setelah peningkatan proof-of-stake, aktivitas jaringan belum mencapai ekspektasi yang diharapkan.