JAKARTA - Menghadapi persaingan yang semakin ketat dari TikTok, kini YouTube meluncurkan cara baru bagi pembuat konten untuk menghasilkan uang dari video berdurasi pendek.
Layanan streaming milik Google itu mengumumkan pada Selasa, 20 September bahwa mereka akan memperkenalkan iklan pada fitur videonya Shorts dan memberi pembuat video 45% dari pendapatan. Jumlah itu naik dibandingkan dengan distribusi standarnya sebesar 55% untuk video di luar Shorts, dan dana 1 miliar dolar AS (Rp 15 triliun) TikTok untuk pembuat konten.
Penata rambut yang beralih menjadi pencipta YouTube, Kris Collins, yang dikenal dengan Kallmekris, memuji YouTube karena menawarkan bagi hasil untuk Shorts.
"Platform lain fokus untuk membuat orang terkenal selama 15 detik, yang sangat bagus," kata Collins seperti dikutip Reuters. "Tetapi YouTube mengambil pendekatan yang berbeda. Mereka membantu pembuat konten membuat berbagai hal dalam berbagai format."
YouTube selama ini telah berjuang untuk bersaing dengan TikTok, aplikasi yang memulai hosting video lip-sync dan dance yang kini kemudian berkembang menjadi 1 miliar pengguna bulanan.
YouTube merespons pada akhir 2020 dengan mengeluarkan fitur Shorts, video berdurasi satu menit yang menarik lebih dari 1,5 miliar pemirsa setiap bulannya.
Pada April lalu, YouTube menggalang dana 100 juta dolar AS (Rp 1,5 triliun) untuk memikat para pembuat konten agar membuat video berukuran kecil dalam upayanya untuk mempertahankan pembuat konten berbakat di platform mereka.
BACA JUGA:
Rencana pembagian pendapatan baru, yang pertama kali dilaporkan oleh New York Times, dimaksudkan untuk menjadi daya tarik yang lebih besar dan lebih berkelanjutan daripada dana dan sesuatu yang belum ditandingi TikTok.
“YouTube berbagi proporsi penjualan yang lebih kecil dengan pembuat Shorts untuk mengimbangi investasi signifikannya dalam mengembangkan fitur tersebut,” kata Wakil Presiden, Tara Walpert Levy.
Google menghasilkan 14,2 miliar dolar AS (Rp 213,5 triliun) dalam penjualan iklan YouTube selama paruh pertama tahun ini. Jumlah ini naik 9% dari periode yang sama pada tahun 2021.
Namun penjualan iklan triwulanan terbaru mencerminkan pertumbuhan paling lambat sejak pengungkapan data tersebut dimulai tiga tahun lalu. Meskipun faktor ekonomi global berperan, analis keuangan mengatakan TikTok juga merupakan faktor yang membuat pertumbuhan itu melambat.