Bagikan:

YOGYAKARTA - Risiko kebocoran data pribadi menghantui masyarakat Indonesia sejak beberapa waktu terakhir. Pasalnya, sepanjang tahun 2022 mulai dari Januari hingga September banyak terjadi kasus kebocoran data. Kebocoran dialami oleh perusahaan-perusahaan milik negara, seperti Bank Indonesia, PLN, hingga Indihome.

Kasus kebocoran data terbaru yang menghebohkan publik dialami oleh para pejabat-pejabat negara. Seorang hacker dengan nama akun Bjorka membobol data pribadi Presiden Jokowi Dodo, Erick Thohir, Johnny G Plate, Anies Baswedan, dan pejabat tinggi lainnya. Risiko kebocoran data tidak hanya mengintai masyarakat, namun sudah mengintai pemilik otoritas yang notabene punya pengemanan lebih terjamin. 

Bermunculannya kasus kebocoran data di Indonesia telah mengganggu kenyamanan seluruh elemen masyarakat. Di sisi lain hal ini membuat masyarakat lebih aware mengenai penggunaan data. Risiko kebocoran data pribadi digunakan oleh cracker atau pelakunya untuk tindak-tindak kejahatan yang merugikan pemilik data. 

Risiko Kebocoran Data Pribadi

Cyber security atau keamanan siber menjadi faktor penting dalam pengamanan data. Cyber security merupakan praktik menjaga atau melindungi kerahasiaan, integritas, informasi, dan sistem komputer dari ancaman cyber atau akses ilegal.

Ada dua jenis data penting yang dikenal dalam konsep keamanan siber, yaitu data pribadi dan identitas digital. Identitas digital adalah identitas seseorang sebagai pengguna platform digital. 

Identitas tersebut meliputi informasi yang tampak dan yang tampak dan yang tidak tampak. Informasi yang tampak, di antaranya nama akun, deskripsi pengguna, dan foto. Sementara informasi yang tidak tampak, di antaranya password dan kode One Time Password (OTP). 

Data pribadi adalah serangkaian informasi untuk mengenali seseorang. Data pribadi umum bisa dilihat dari nama, alamat, nomor telepon, tanggal lahir, rumah. Sementara data pribadi khusus, di antaranya informasi keuangan, data kesehatan, pandangan politik, data kriminalitas, dan sebagainya.

Kedua data tersebut menjadi barang atau informasi yang diincar oleh pembobol data. Jika data pribadi dan identitas digital berhasil diambil peretas, maka ada risiko yang akan menimpa pemilik data. 

Pembobolan Rekening Keuangan

Risiko kebocoran data yang pertama yakni bisa digunakan untuk membobol rekening keuangan. Tindakan kriminal yang satu ini dilakukan oleh peretas agar mendapatkan keuntungan berupa uang.

Peretas akan mencari data atau informasi mengenai rekening keuangan anda terlebih dahulu. Ada beragam cara yang bisa dilakukan oleh peretas untuk mengambil data anda, bisa secara langsung maupun tidak langsung.

Dalam banyak kasus, pelaku akan memanipulasi korbannya secara langsung. Misalnya, pelaku menelpon korban dan menggiring korban supaya membeberkan informasi rekeninnya dengan dalih keadaan genting. Manipulasi juga bisa dilakukan melalui pesan email dengan modus yang sama. 

Kasus pembobolan rekening keuangan terbaru menargetkan pada dompet digital. Pelaku menggunakan modus pesan penipuan supaya korbannya memberikan sandi OTP. Sandi tersebut digunakan untuk akses masuk ke dompet digital korban.

Digunakan untuk Pinjaman Online

Risiko yang lain dari kebocoran data adalah disalahgunakan untuk melakukan pinjaman online. Data pribadi anda yang bocor akan dipakai oleh pelaku sebagai syarat mendapatkan pinjol. Anda tidak akan tahu dan sadar dengan tindakan tersebut.

Pelaku mencari keuntungan berupa uang dari tindak penipuan tersebut. Korban akan mendapat teror dari pihak pinjol dan diminta mengambalikan uang dengan jumlah bunganya. Korban penipuan ini tidak hanya rugi materi, namun mereka juga mengalami ketakutan psikologis. 

Kepentingan Politik

Data pribadi yang bocor juga berisiko digunakan utnuk memetakan profil pemilik data. Tujuan dari pemetaan ini adalah untuk keperluan politik atau promosi. 

Misalnya pada tahun 2014, data Daftar Pemilih Tetap (DPT) Pemilu dibobol. Data tersebut berisiko digunakan untuk kepentingan negatif. Data yang terkumpul bisa dipakai untuk memetakan preferensi politik di wilayah tertentu, lalu menjadi target disinformasi.

Pemerasan Online

Pemerasan online juga menjadi salah satu risiko dari kebocoran data pribadi. Pelaku membobol data pribadi yang anda unggah di media sosial atau platform aplikasi. Pelaku akan mengambil data anda yang bisa dijadikan bahan pemerasan, seperti foto fulgar, video fulgar, atau pesan tidak baik. 

Bentuk pemerasan online yang paling sering dilakukan adalah pemerasan seksual. Misalnya, pelaku menggunakan foto atau video fulgar anda untuk mengancam anda. Anda akan dimintai sejumlah uang sebagai jaminan kemanan privasi anda tersebut. Contoh lain, pelaku mengajak anda melakukan percakapan seksual atau VCS. Lalu wajah anda direkam dan digunakan untuk bahan pemerasan. 

Itulah risiko-risiko kebocoran data pribadi yang bisa menimpa korbannya. Risikonya sangatlah merugikan pihak korban baik secara materi, harga diri, dan psikologi. Jadi pastikan anda selalu memperhatikan dan menjaga data pribadi anda di platfom digital. 

Ikuti terus berita terkini dalam negeri dan luar negeri lainnya di VOI . Kamu menghadirkan terbaru dan terupdate nasional maupun internasional.