Praktisi Komunikasi: Penggunaan Internet Sehat dan Cerdas Adalah Cara Kita Tidak Terkontaminasi dengan Informasi Bohong
Praktisi komunikasi dan bisnis, Teguh Yuwono (Foto: Tangkapan Layar)

Bagikan:

JAKARTA - Di era serba digital saat ini, dapat kita rasakan secara langsung bagaimana pesatnya teknologi digital yang semakin terpacu karena adanya pandemi COVID-19. Masifnya media sosial juga membawa resiko besar terhadap dampak negatif penggunaan media sosial seperti penipuan, penyebaran berita bohong, ujaran kebencian, dan lain sebagainya.

Menurut laporan We Are Social, pada awal 2022, pengguna internet di Indonesia mencapai 204,7 juta orang. Ini menandakan bahwa jumlah tersebut meningkat 2,1 juta dari tahun sebelumnya.

Maka dari itu, Direktur Jenderal (Dirjen) Aptika Kementerian Kominfo, Semuel Abrijani Pangerapan, mengatakan bahwa peningkatan penggunaan teknologi digital harus diimbangi dengan kapasitas literasi digital yang mumpuni.

Penggunaan media sosial yang sehat menurut Teguh Yuwono, selaku praktisi komunikasi dan bisnis adalah bagaimana kita tidak terkontaminasi dengan informasi tidak benar, informasi tidak bermanfaat, dan informasi yang tidak baik. Kita harus menjauhi segala informasi yang dapat mengganggu akal sehat.

Sedangkan penggunaan media secara cerdas adalah soal bagaimana kemampuan kita untuk mengumpulkan informasi dan kemudian menggunakan informasi tersebut.

"Dengan internet kita bisa mengetahui informasi. Cerdas sejatinya adalah tidak bertumpu pada pengetahuan di internet, cerdas adalah kemampuan mengumpulkan info dan menggunakannya," jelasnya dalam Webinar "Ngobrol Bareng Legislator" bertema Tetap Sehat dan Cerdas di Dunia Maya, Rabu, 20 April.

Intinya, Teguh menegaskan bahwa penggunaan dunia maya dengan cerdas adalah soal bagaimana informasi seharusnya dikumpulkan dan digunakan. "Karena informasi di internet banyak dan lengkap," sambungnya.

Sebelum memasuki dunia maya, ada empat hal yang harus dimiliki dan dipahami oleh para penggunanya, yaitu kesadaran, tanggung jawab, percaya diri, dan kepedulian.

"Sebelum posting, coba sortir dan nilai dulu oleh pikiran dan hati kita, apakah informasi tersebut mengandung aspek kebenaran, manfaat, dan kebaikan atau tidak," tandasnya.