JAKARTA - Media sosial yang kini dipimpin oleh Parag Agrawal, Twitter mengumumkan langkah terbaru untuk mencegah disinformasi terkait dengan pemerintah Rusia, sehubungan invasi mereka ke Ukraina.
Langkah yang dimaksud Twitter adalah mulai menambahkan label pada tweet berisi tautan dari outlet media yang didukung atau berafiliasi dengan pemerintah Rusia.
Label tersebut disertai tanda seru berwarna oranye, yang memperingatkan pengguna Twitter untuk tetap memperhatikan informasi dengan mencari informasi pembanding. Berbarengan dengan ini, Twitter juga akan mulai mengurangi visibilitas media terkait pemerintah Rusia di platform mereka, dan membatasi kemampuan outlet tersebut untuk menjangkau khalayak luas.
Today, we’re adding labels to Tweets that share links to Russian state-affiliated media websites and are taking steps to significantly reduce the circulation of this content on Twitter.
We’ll roll out these labels to other state-affiliated media outlets in the coming weeks. pic.twitter.com/57Dycmn8lx
— Yoel Roth (@yoyoel) February 28, 2022
Perubahan ini tak hanya terjadi pada Rusia. Twitter mengatakan pihaknya berencana untuk menambahkan label serupa untuk akun media yang berafiliasi dengan negara lainnya dalam beberapa minggu ke depan.
“Ketika orang mencari informasi yang kredibel di Twitter mengenai invasi Rusia ke Ukraina, kami memahami dan menganggap serius peran kami. Produk kami harus memudahkan untuk memahami siapa di balik konten yang Anda lihat, dan apa motivasi serta niat mereka,” ungkap Kepala Integritas Situs Twitter, Yoel Roth, melalui akun Twitter resminya.
BACA JUGA:
Melansir TechCrunch, Selasa, 1 Maret, sebenarnya, Twitter mulai memberi label pada akun outlet media yang dikontrol negara dua tahun lalu, tetapi tag tersebut hanya muncul di halaman profil akun dan tidak terlihat seperti label di dalam tweet itu sendiri.
Bahkan, perusahaan tidak mengizinkan iklan dari akun media yang berafiliasi dengan negara. Perubahan itu diterapkan pada 2019, setelah sejumlah akun yang terkait dengan pemerintah China menyebarkan propaganda tentang protes di Hong Kong.
Roth menyatakan Twitter telah melihat lebih dari 45.000 tweet per hari yang menghubungkan ke outlet berafiliasi dengan pemerintah Rusia sejak konflik dengan Ukraina dimulai beberapa hari yang lalu.
Dia mencirikan label baru sebagai cara untuk menambahkan konteks yang bermanfaat ke percakapan di Twitter, sejalan dengan upayanya untuk melakukan hal yang sama pada tweet terkait pemilihan global dan pandemi.