Bagikan:

JAKARTA – Penambang Bitcoin (BTC) Rusia dilaporkan berjalan seperti biasa meskipun ada invasi pemerintah mereka ke Ukraina, Kamis 24 Februari.

Menurut perkiraan dari indeks Konsumsi Listrik Bitcoin Cambridge, penambang di Rusia menyumbang sekitar 11,2% dari tingkat hash BTC global pada Agustus 2021. Dengan sanksi terhadap pemerintah Rusia yang berasal dari AS dan negara-negara NATO, tidak jelas bagaimana sektor BTC lokal dan pasar yang lebih luas akan terpengaruh.

Sementara beberapa perusahaan penambangan kripto seperti Flexpool yang berfokus pada Ethereum telah menghentikan layanan mereka di Rusia sebagai tanggapan atas invasi tersebut.  Penambang BTC Compass Mining mengonfirmasi kepada pelanggan yang menerima hosting di Rusia bahwa infrastruktur penambangannya akan tetap beroperasi di wilayah tersebut.

CEO Compass Mining, Whit Gibbs, mengungkapkan pemikiran dan doanya kepada semua yang terkena dampak konflik, di Twitter sebelumnya hari ini, saat ia meyakinkan masyarakat bahwa fasilitasnya di Eropa Timur terletak dengan aman di Serbia, jauh di luar “kerusuhan geopolitik.”

Pemerintahan Joe Biden menguraikan pada  Kamis lalu bahwa mereka akan memberlakukan “sanksi keuangan yang luas dan kontrol ekspor yang ketat” pada lembaga keuangan top Rusia, pemerintah, pejabat tinggi, dan sektor teknologi.

Namun sanksi berat ini belum meluas ke jaringan pembayaran internasional SWIFT atau transfer mata uang kripto. Banyak penonton berpendapat bahwa ini bisa menjadi saat di mana sektor kripto Rusia berkembang karena bisa segera menjadi alat penting untuk menghindari berbagai sanksi.

Dalam buletin kepada investor sebelumnya, BTC bull dan co-founder digital Morgan Creek, Anthony Pompliano, menekankan bahwa pemerintah Rusia dapat menggunakan momen ini sebagai kesempatan untuk beralih dari sistem cadangan dolar AS, dan mendukung mata uang terdesentralisasi dengan daya tarik global.

“Teori permainan ini membawa kita ke Bitcoin. Pilihan terbaik berikutnya untuk menjadi produsen dan distributor mata uang cadangan global adalah menjadi pengguna dan pemegang mata uang cadangan global yang paling canggih yang tidak dikendalikan oleh satu negara pun,” kata Pompliano, seperti dikutip Cointelegraph.

“Insentif itu membuat negara adidaya ini menyadari bahwa Bitcoin akan menjadi penting selama beberapa dekade mendatang. Negara-negara yang memiliki kepemilikan saham besar, bersama dengan melakukan penambangan dan kegiatan pro-bitcoin lainnya di negara mereka, akan memiliki keuntungan yang signifikan,” tambahnya.

Kepala penelitian aset digital VanEck, Matthew Sigel, juga  menggemakan sentimen serupa kepada Bloomberg. Ia  mencatat bahwa jaringan Bitcoin akan memungkinkan Rusia untuk mengurangi potensi kerugian yang disebabkan oleh penutupan sistem keuangan Barat:

“Baik diktator maupun aktivis hak asasi manusia tidak akan menghadapi sensor apa pun di jaringan Bitcoin,” ujar Sigel.