JAKARTA - Uni Eropa (UE) akan mengenakan tarif tinggi pada kendaraan listrik (EV) buatan China, demikian pernyataan resmi komisi eksekutif UE pada hari Jumat, 4 Oktober.
Melansir Reuters, 5 Oktober, keputusan ini diambil meski Jerman, negara ekonomi terbesar di UE, menentang keras. Ini menjadi pertanda keretakan internal UE dalam menghadapi perselisihan dagang terbesar mereka dengan China dalam satu dekade terakhir.
Besarnya tarif yang diusulkan mencapai 45 persen. Artinya, para produsen mobil harus mengeluarkan biaya miliaran dolar ekstra untuk memasarkan mobil mereka di wilayah UE. Tarif ini rencananya akan diterapkan mulai bulan depan dan berlaku selama lima tahun.
Komisi Eropa, yang memegang kendali kebijakan perdagangan UE, menyatakan bahwa tarif ini diperlukan untuk menanggulangi praktik subsidi tidak adil yang diberikan pemerintah China kepada produsen mobil mereka. Hal ini berdasarkan investigasi anti-subsidi yang telah berlangsung selama setahun. Meski demikian, UE tetap membuka jalur negosiasi dengan China. Salah satu opsi kompromi yang dipertimbangkan adalah penetapan harga jual minimum.
BACA JUGA:
Dalam voting yang menegangkan pada hari Jumat, 10 negara anggota UE mendukung tarif, sementara 5 negara menentang, dan 12 abstain. Untuk memblokir proposal ini, diperlukan suara "tidak" dari 15 negara anggota dengan representasi minimal 65% populasi UE. Berdasarkan laporan Reuters pada hari Rabu, tindakan ini diperkirakan akan lolos berkat dukungan dari Prancis, Italia, dan Polandia.
Jerman, negara dengan ekonomi terbesar dan produsen mobil terkemuka di UE, justru menjadi pihak yang menentang tarif tersebut. Meski begitu, komisi eksekutif UE mengklaim telah "mendapatkan dukungan yang diperlukan" untuk menerapkan tarif. Mereka tetap membuka jalur negosiasi dengan China untuk mencari solusi alternatif.