Bagikan:

JAKARTA - Infrastruktur pendukung untuk ekosistem kendaraan listrik salah satu yang penting yaitu kehadiran Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU). Biasanya ada dua tipe yang dihadirkan baik pengisian lambat maupun fast charging.

Tak sedikit pemilik kendaraan listrik lebih memilih menggunakan fast charging, tujuannya agar baterai terisi dengan cepat. Namun ternyata penggunaan fast charging terlalu sering tak direkomendasikan.

"Tidak direkomendasikan penggunaan fast charging terus menerus ibarat handphone itu dapat mengurangi lifetimenya," kata Senior Manager After Sales NETA Januar Eka Sapta, saat ditemu di kawasan PIK 2 beberapa waktu lalu.

Bukan tanpa alasan, ia mengatakan biasanya kalau fast charging itu memiliki output yang tergolong besar bahkan ada yang 100 kW ada juga yang 200 kW, padahal untuk mobil yang direkomendasikan itu di bawah itu, bahkan ada yang 50 kW saja.

"Jadi itu namanya dipaksakan dan seperti sel baterai bisa berpengaruh. Direkomendasikan di mix misalnya 3 hari pakai charger biasa dan 3 hari pakai fast charging," tambahnya.

Untuk mengetahui apakah baterai mobil bermasalah biasanya bisa dilihat dari scanner ketika memeriksa mobil ke jaringan dealer. Bisa juga dilihat dengan kasat mata.

"Misalnya sudah mengecas baterai 100 persen tiba-tiba tidak dipakai itu menurun baterainya jadi 96 persen berarti ada yang tidak beres," paparnya.

Jadi, pastikan untuk tidak menggunakan fast charging terlalu sering agar tidak menimbulkan masalah baru pada mobil listrik kesayangan.