Bagikan:

JAKARTA - Industri otomotif global kembali bergejolak setelah Uni Eropa meniru pendekatan Amerika Serikat (AS) dengan menetapkan tarif tambahan bagi impor kendaraan listrik dari China.

Penetapan tarif ini juga dikecam banyak produsen mobil Eropa sendiri khususnya pabrikan Jerman yang cukup keras mengajukan penolakan.

Namun setelah Uni Eropa (UE) resmi mengenakan bea masuk tambahan hingga 38,1 persen untuk mobil listrik China mulai 4 Juli mendatang, Beijing tidak tinggal diam dan mengecam kebijakan ini sebagai tindakan proteksionis.

Menurut laporan Reuters, dikutip 14 Juni, kemarahan China dan pihak lain yang terlibat, termasuk produsen mobil Eropa dan China, menunjukkan penolakan tegas terhadap keputusan UE. Mereka berharap ketegangan ini bisa turun karena bisa mengakibatkan kerugian besar bagi semua pihak.

“Kami mendesak UE untuk mendengarkan dengan cermat suara-suara obyektif dan rasional dari semua lapisan masyarakat, segera memperbaiki praktik yang salah, berhenti mempolitisasi masalah ekonomi dan perdagangan, dan menangani perselisihan ekonomi dan perdagangan dengan baik melalui dialog dan konsultasi,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China Lin Jian saat konferensi pers.

Sementara, para analis melihat ada ruang bagi kedua pihak untuk berdiskusi dan mencari solusi. Jika tidak, harga mobil listrik China bisa melambung tinggi di Eropa sementara pabrikan Eropa sendiri bisa rugi besar karena pasar mereka yang bergantung dengan China.

China sendiri berjanji akan mengambil "semua langkah yang diperlukan" untuk melindungi kepentingan mereka.