Seusai PON Papua, Arena Dayung Diharapkan Tidak Terbengkalai dan Bisa Jadi Destinasi Wisata
Arena Dayung PON Papua (Foto: Antara)

Bagikan:

JAKARTA - Ketua Umum Pengurus Besar Persatuan Olahraga Dayung Seluruh Indonesia (PB PODSI) Basuki Hadimuljono mengatakan pemerintah provinsi Papua bertanggung jawab mengelola fasilitas PON Papua secara serius, termasuk arena dayung di Teluk Youtefa, Jayapura agar tidak terbengkalai setelah multiajang nasioanal empat tahunan itu berakhir.

Menurut Basuki, yang juga menjabat Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), pemerintah provinsi dapat menjadikan arena dayung tak hanya sebagai tempat latihan atlet Papua, tetapi juga sebagai destinasi wisata.

“Nanti saya bilang kepada pengurus provinsi (dayung) Papua…Ini bisa menjadi sarana prasarana untuk mengaktifkan dayung… Saya bilang ke Pak Jansen (Ketua PODSI Papua) supaya ini tidak terbengkalai maka harus ada nilai wisatanya,” kata Basuki saat meninjau arena dayung di Jayapura, Jumat, dilansir Antara.

Basuki mengingatkan jangan sampai arena dayung di Teluk Youtefa ini bernasib sama seperti Rowing dan Canoeing Regatta Course di Jakabaring Sport Centre, Palembang yang tak terurus usai penyelenggaraan Asian Games 2018.

Padahal Kementerian PUPR telah menghabiskan dana APBN sebesar Rp136 miliar untuk biaya pembangunan dan renovasi arena tersebut. Arena dayung di Jakabaring bahkan telah mendapatkan pengakuan dari Dewan Olimpiade Asia (OCA) sebagai yang terbesar dan terbaik di dunia.

Namun usai Asian Games 2018, arena tersebut justru terbengkalai terutama ruang peralatan dan tribun penonton.

“Kita harus belajar dari Jakabaring. Kita harus makin sering mengadakan kegiatan olahraga. Ini bisa jadi tempat semua olahraga air. Jetski air juga bisa (di sini),” ujar Basuki.

Pembangunan arena dayung untuk PON Papua dilaksanakan oleh kontraktor PT Nindya Karya (Persero) menggunakan biaya APBN sebesar Rp17 miliar dengan masa pelaksanaan Februari 2020 hingga Agustus 2021.

Dukungan infrastruktur arena dayung diawali dengan pembangunan pengaman pantai berupa reklamasi seluas 10.000 m3 oleh Balai Wilayah Sungai (BWS) Papua, Ditjen Sumber Daya Air. Selanjutnya di area reklamasi dibangun gudang perahu seluas 1.750 m2, ponton modular 521 m2, gangway dua unit, dan satu unit menara finis setinggi 14,4 meter.

Arena itu memiliki lintasan sepanjang 2.200 meter dengan lebar 81 meter (9 lintasan) dan dilengkapi satu unit menara start, lima unit menara pantau, delapan unit penanda jarak dan pancang penahan, dan dua unit obstacle canoe slalom.