Ketika Pemotongan Gaji Pesepak Bola Dianggap Wajar
Toni Kroos dan Marc-André ter Stegen (Twitter @LaLigaEN)

Bagikan:

JAKARTA - Sepak bola elite Eropa terhenti karena pandemi COVID-19 atau virus corona, sebagian di antaranya belum bisa memastikan kapan akan memulai kembali pertandingan. Kini, perdebatan seputar topik pengurangan gaji pemain juga mengapung. Hal ini dilakukan untuk menyelamatkan keuangan klub lantaran pendapatan yang minim. Tapi, wajarkah pemain yang harus 'korbankan?'

Klub-klub Serie A telah memilih dengan suara bulat untuk menerapkan pemotongan hingga sepertiga dari gaji tahunan para pemain, sementara beberapa tim dari negara-negara lain di Eropa membuat keputusan mereka sendiri mengenai masalah ini, dengan Atletico Madrid mengonfirmasi para pemain telah menerima pengurangan 70 persen.

Sikap Atletico tidak berarti berlaku untuk semua klub La Liga, tetapi presiden liga Javier Tebas berpikir sejumlah bentuk pengorbanan harus dilakukan di seluruh klub termasuk pengurangan gaji. Dan dia yakin hal ini akan tercapai dalam beberapa hari mendatang.

"Kami berada dalam masa krisis yang luar biasa, tidak terduga, dan berdampak besar," katanya dalam teleconference dengan media asing pada hari Selasa, 7 April.

"Semua orang kehilangan uang, sepertinya normal bagi saya jika gaji pemain juga berkurang. Di Spanyol kami tidak menemukan kesepakatan dengan serikat pekerja, negosiasi kami kandas kemarin (Senin).

"Saat ini, delapan klub La Liga (lintas divisi pertama dan kedua) telah meminta ERTE (Berkas Peraturan Pekerjaan Sementara), tetapi dalam beberapa hari ke depan semua tim kami akan mengaktifkan protokol pengurangan gaji, baik melalui ERTE atau dengan perjanjian individu dengan mereka pemain.

"Sepak bola Spanyol tidak bermaksud menggunakan bantuan negara, kita harus mandiri secara ekonomi."

Tebas juga menegaskan keinginan La Liga untuk melanjutkan musim - jika mungkin - pada akhir pekan terakhir Mei, yang berarti kampanye kemungkinan akan diperpanjang hingga 30 Juni.