JAKARTA - Italia menelan kekalahan 1-3 dari Perancis pada laga terakhir Grup 2 League A UEFA Nations League 2024/2025 di kandang akhir pekan kemarin.
Manajer Azzurri, Luciano Spaletti, mengakui bahwa kekalahan itu merusak kepercayaan diri anak asuhnya mengingat mereka belum pernah kalah di lima laga sebelumnya (empat menang dan satu seri).
Beruntung, Italia masih bisa mengamankan posisi runner-up grup dengan koleksi poin sama dengan Perancis, hanya kalah selisih gol. Tempat itu cukup untuk mengamankan tiket ke perempat final pada Maret 2025.
Hanya saja, Spaletti melihat bahwa pekerjaan rumah berikutnya ialah mengembalikan kepercayaan diri pasukannya sebelum menatap babak delapan besar.
"Evaluasi keseluruhan, periode ini tidak diragukan lagi (sebetulnya) positif. Kami juga melihat beberapa hal bagus (di laga melawan Perancis)."
"Namun, jelas kekalahan ini menimbulkan beberapa masalah dalam hal kepercayaan diri. Hal itu tidak boleh menghilangkan keyakinan tersebut karena kami memang menunjukkannya beberapa kali," kata Spalletti kepada RAI Sport.
BACA JUGA:
Masalahnya, posisi runner-up grup menempatkan Italia di Pot 2 dalam pengundian fase gugur nanti.
Artinya, Azzurri kemungkinan akan berjumpa dengan juara grup lain, seperti Jerman, Spanyol, atau Portugal.
Andai mereka menjadi juara grup, jalan perempat final tak begitu terjal karena kemungkinan bertemu Belanda, Kroasia, Skotlandia, Polandia, Denmark, atau Serbia.
Meski demikian, Spaletti enggan menyesali. Terpenting sekarang ialah menaikkan kepercayaan diri pemain sekaligus mencari solusi dari beberapa kesalahan sepanjang fase grup.
Pelatih 65 tahun itu melihat Azzurri lemah dalam menerima bola mati. Sepanjang fase grup, Italia sudah kebobolan enam kali dari delapan dalam situasi tersebut.
Saat melawan Les Bleus, Italia kebobolan dari situasi sepak pojok ketika laga baru berjalan dua menit.
Dua gol Perancis lainnya juga didapat dari skema tendangan bebas. Hal itu jelas menjadi masalah nyata buat mereka.
"Sayangnya, inilah situasinya. Anda seharusnya bisa memiliki suasana yang lebih santai dengan lebih sedikit tekanan. Anda langsung kebobolan dari tendangan sudut."
"Kami kemudian mencoba untuk memaksa masuk kembali dan menghabiskan banyak energi. Mungkin hanya kebetulan bahwa kami kebobolan begitu banyak bola mati."
"Itu adalah permainan yang seimbang. Kami merasa bisa bangkit, tetapi kemudian setelah gol bola mati lainnya, Perancis sangat rapat dan sulit menemukan ruang," kata Spalletti lagi.
Selain itu, Spaletti juga melihat kelemahan di sektor gelandang. Anak didiknya tidak bisa meredam serangan lawan di lini kedua. Alhasil, hal itu membuat penguasaan bola Italia juga menurun.
"Yang paling menjadi masalah bagi kami adalah para gelandang tidak 'membersihkan' bola."
"Kami membutuhkan lebih banyak kualitas dalam penguasaan bola, untuk merebutnya kembali di ruang sempit, tetapi kami tidak cukup melakukannya," ujar sang pelatih.
Masih cukup waktu untuk menyelesaikan beragam masalah Italia. Spaletti harus memastikan pekerjaan rumahnya selesai mengingat mereka akan menghadapi tim kuat di perempat final nanti.